Lama Vakum, Pesawat N-219 Buatan PT DI Kembali Mengangkasa

0

Jakarta, Pelita. Online – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lapan merampungkan uji terbang perdana pesawat perintis N219 pada Rabu (16/8) pagi di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Ini adalah pesawat perdana besutan PT DI yang kembali mengangkasa setelah perusahaan pembuat pesawat itu sempat dinyatakan pailit 2007 lalu.

Ketua Lapan, Thomas Djamaluddin menerangkan kinerja pesawat N219 pada uji terbang perdana sesuai dengan rancangan awal. Pesawat dianggap mampu terbang pada ketinggian yang telah ditentukan sebelumnya yakni 3.000 kaki di atas permukaan laut.

“Tadi pagi uji terbang perdana purwarupa N219 sudah rampung dan sesuai harapan. Selanjutkan kami akan menambah jam terbang sekitar 400 jam dan merampungkan purwarupa kedua,” imbuh Thomas dalam samungan telepon.

Ia menjelaskan ada beberapa tes lanjutan yang akan dilalui pesawat N219, mulai dari uji darat, uji ketahanan pesawat untuk mendapatkan sertifikasi tipe. Kemudian PTDI akan mengupayakan sertifikasi produksi agar pesawat N219 bisa diproduksi.

Thomas mengatakan Lapan dan PTDI menargetkan pesawat N219 bisa mulai memasuki tahap produksi pada 2018 nanti. Proses produksi tersebut menurutnya tak lain untuk memenuhi pesanan dari sejumlah maskapai penerbangan dan pemerintah daerah.

“Rencananya N219 akan diproduksi mulai 2018 untuk memenuhi pesanan yang sejauh ini PTDI mencatat ada lebih dari 100 unit dari berbagai maskapai penerbangan di Indonesia dan pemerintah daerah,” ucapnya.

Tanpa Kendala Berarti

Dari uji terbang perdana pagi tadi, ia menjelaskan tidak ada kendala berarti, baik dari pilot maupun tim pengembang pesawat N219. Menurutnya, pesawat tetap terkendali saat lepas landas dari Bandara Husein Sastranegara hingga terbang mengelilingi waduk Saguling.

“Dari laporan yang disampaikan pilot dan tim pengembang, N219 semuanya berjalan mulus tanpa kendala. Baik ketika lepas landas, terbang, uji menurunkan ketinggian, hingga bermanuver di atas waduk Saguling tercatat tanpa kendala berarti,” imbuhnya.

Saat uji terbang, Thhomas menjelaskan pesawat N219 telah melaui proses uji terbang dari beberapa prosedur mulai dari uji pendaratan, hingga terbang mengelilingi waduk Saguling. Pilot juga menurunkan ketinggian saat terbang untuk menguji kecepatan yang baik untuk pendaratan dan beberapa manuver yang dilakukan untuk uji keandalan.

PT DI disebut Thomas rencananya akan melakukan penjadwalan uji terbang kedua dalam waktu dekat. Nantinya uji terbang akan mempertimbangkan kesiapan teknis, pilot, hingga kondisi cuaca.

Pesawat perintis N219 dirancang untuk penerbangan di daerah perbukitan dan yang umumnya memiliki landasan pendek. Salah satu kelebihan N219 yakni mampu terbang dengan kecepatan rendah dan bermanuver di daerah perbukitan, seperti di daerah Papua.

Gagasan awal proyek pengembangan pesawat N219 dimulai sejak awal tahun 2016, namun pembahasan terkait pembiayanan telah dilakukan sejak 2011 lalu. Serangkaian pengujian laboratorium telah dilakukan oleh BPPT dan LAPAN sepanjang tahun 2012 hingga 2013. Proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah melalui Lapan dan PTDI.

Cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY