Masjid Istiqlal, Go Internasional

0

Jakarta, Pelitaonline.id – Tidak ada lagi pengemis berseliweran, juga pedagang kaki lima seenaknya menjajakan dagangannya dan kini tidak dijumpai lagi tumpukan sampah bertebaran di berbagai titik pada rumah ibadah kebanggaan bangsa Indonesia, Masjid Istiqlal Jakarta.

Masjid Istiqlal bersih dan hijau. Bukan hanya dari sisi fisiknya saja, tetapi juga memberikan rasa damai bagi setiap pengunjung yang memasuki kawasan seluas 9,7 ha dengan luas bangunan 3,7 ha.

Masjid Istiqlal yang pembangunan konstruksinya dimulai pada 1961 diresmikan 22 Februari 1978 dan menghabiskan dana Rp7 miliar ditambah 12 juta dolar AS itu kini menjadi sebagai masjid negara.

Luas tanah areal masjid Istoqlal ialah 9.3 hektar. Lokasi pembangunan gedung seluas 2,5 hektar terdiri dari gedung induk/utama dan balkon bertingkat lima luasnya satu hektar, bangunan teras 1,5 hektar, areal parkir luasnya 3,35 hektar, pertamanan dan air mancur seluas 3,47 hektar.

Masjid megah tersebut menjadi ikon paru-paru kota Jakarta dan menjadi contoh atau panutan bagi masjid lainnya di Tanah Air.

“Masjid ini hadir sebagai manifestasi rasa syukur bangsa Indonesia,” kata Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid (BP2M) Istiqlal Muhammad Muzamil Basyuni ketika ditemui di ruang kerjanya baru-baru ini.

“Siapa pun yang masuk wilayah ini diharapkan merasa damai,” ia mengatakan.

Muzamil Basyuni diangkat sebagai Ketua BP2M Istiqlal menggantikan Mubarak pada 22 Januari 2016 lalu. Bersamaan dengan itu pula diangkat sebagai imam besar Masjid Istiqlal Prof. Nazaruddin Umar (mantan Wakil Menteri Agama) menggantikan KH Ali Mustafa Yaqub.

Saat pengukuhan, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin berharap bahwa BP2M Istiqlal dapat terus mengembangkan fungsi masjid negara tersebut dengan sebaik-baiknya.

Sebagai masjid negara, Masjid Istiqlal harus bisa masjid contoh dan karenanya perlu terus dikembangkan sebagai pusat ibadah dan pusat pembinaan umat.

“Keberadaan Masjid Istiqlal di jantung kota, harus memiliki daya tarik dari segi kegiatan dan program pembinaan keagamaan,” kata Lukman.

Masjid Istiqlal harus dapat menjadi benteng umat Islam dari pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan agama dan ideologi bangsa. Masjid ini, juga harus dapat berperan sebagai pusat pembinaan umat dan generasi muda dengan nilai-nilai islam dan dakwah secara komprehensif.

“Atmosfir masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam dalam memancarkan tauhid, ukhuwah dan kemajuan, kedamaian, keadaban serta rahmatan lil alamin,” ungkap Menag.

Tanpa gaduh Masjid Istiqlal secara fisik sudah memberikan gambaran sebagai rumah ibadah mewah, megah dan indah. Untuk itu, masjid tersebut harus dikelola dengan baik, profesional dan dapat memberikan rasa sejuk, damai bagi setiap pengunjung memasuki wilayah itu untuk ibadah.

Agar rasa nyaman tersebut terus terjaga, pada awal Maret lalu, manajemen BP2M Istiqlal menggelar operasi kebersihan.

Sebelum operasi kebersihan dilakukan, pihak manajemen Masjid Istiqlal berkoordinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta, Kodim, Polsek dan Dinas Kebersihan.

“Sayangnya, Dinas Sosial tak disertakan,” katanya.

Seluruh pemangku kepentingan bersepakat bahwa operasi kebersihan harus dilakukan dengan cara-cara yang manusiawi. Tidak ada kekerasan seperti yang sering diberitakan ketika Satpol PP membersihkan lapak para pedagang kaki lima.

Hasilnya, memang menggembirakan. Tidak satu pun ada pedagang melakukan tindakan perlawanan. Tidak ada kegaduhan. Kini kawasan Masjid Istiqlal bersih dari PKL dan pengemis, halaman masjid bersih dan hijau. Sampah sebanyak 11 truk dapat diangkut dari area tersebut, cerita Muzamil.

Terkait dengan kebersihan itu, Menag Lukman mengingatkan, Pemerintah melalui Kementerian Agama akan senantiasa memfasilitasi pemeliharaan, operasionalisasi dan pengembangan Masjid Istiqlal dengan mengalokasikan bantuan APBN tiap tahun.

Lukman mengimbau BP2M Istiqlal untuk meningkatkan performa akuntabilitas pengelolaan bantuan APBN dan keuangan Masjid Istiqlal dari masyarakat.

Go Internasional Memasuki era reformasi, umat beragama di Indonesia mengalami kebebasan kebablasan. Gelombang reformasi dan globalisasi ikut mewarnai etika pergaulan anak bangsa di negeri ini. Seolah tercabut dari akar budayanya, kebiasaan ramah dengan sesama menjadi cepat amarah.

Kebiasan bersedekah berubah dalam beberapa saat menjadi bangsa yang mudah amuk. Menurut Muzamil, bangsa asing sangat “ngeri” dengan perilaku amuk. Dahulu rakyat di negeri ini terkenal sebagai pandai bersedekah, senyum dengan sesama, memberi santunan kepada fakir miskin, semangat bergotong royong, seolah kemudian terbetot dari akarnya dan berubah menjadi bangsa amuk.

Bangsa Indonesia harus dikembalikan kepada wataknya yang ramah dan setia dalam memberi sedekah. Terlebih Islam sebagai penganut ajaran inklusif harus menebarkan Islam yang rahmatan lil alamin.

Untuk itulah manajemen Masjid Istiqlal ke depan tidak sekedar menjalankan fungsi masjid sebagai tempat ritual seperti shalat, tetapi harus menjangkau lebih luas lagi.

Masjid Istiqlal ke depan sudah memiliki konsep go internasional, seperti dalam waktu dekat sebagai penyelenggara musabaqah internasional hafalan Al Quran Asia Pasfik, sebagai pusat kajian Islam — dengan dukungan para ahli — guna meningkatkan kualitas sumber daya umat Muslim.

Muzamil belum mau menyebut program kerja secara detail, namun untuk meningkatkan SDM umat Muslim pihaknya telah meminta agar para tokoh mumpuni dapat tampil di masjid tersebut untuk memberi pencerahan kepada semua pihak.

Melalui Masjid istiqlal akan disuarakan pula upaya merebut Masjid Al Aqsa. “Kita juga akan menegaskan bahwa Islam itu bukan untuk merusak, saling bunuh, tetapi untuk menyampaikan risalah damai,” ungkapnya.

Sejarah Istiqlal Literatur di Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama menyebutkan bahwa Masjid Istiqlal ialah masjid terbesar di Asia Tenggara. Sebagai rasa syukur atas kemerdekaan yang diperoleh Republik Indonesia, Mmasjid Istiqlal dapat diartikan Merdeka.

Ide awal pembangunan masjid ini ialah dari Menteri Agama tahun 1950 KH Wahid Hasyim dan Anwar Cokroaminoto.

Tahun 1953 dibentuk pantia pembangunan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh Anwar Cokroaminoto. Dia menyampaikan rencana pembangunan masjid pada Presiden Soekarno dan ternyata mendapatkan sambutan hangat dan akan mendapat bantuan sepenuhnya dari presiden.

Soekarno sejak tahun 1954 oleh panitia diangkat menjadi Kepala Bagian Teknik Pembangunan Masdjid Istiqlal, dan juga menjadi Ketua Dewan Juri untuk menilai sayembara maket Istiqlal.

Pada 1955 sayembara tersebut diikuti oleh 30 peserta dan dari 27 peserta yang menyerahkan gambar terseleksi 22 memenuhi syarat, dan tersaring lima pemenang yakni F Silaban dengan sandi “Ketuhanan”, R. Oetojo sandi “Istighfar”, Hans Groenewegen sandi “Salam”, lima mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) sandi “Ilham”, dan lima mahasiswa ITB sandi “Khatulistiwa”.

Dewan Juri akhirnya sepakat memenangkan maket dengan sandi “Ketuhanan” oleh F Silaban.

Pada tahun 1961 diadakan penanaman tiang pancang pertama pembangunan Masjid Istiqlal. Lantas 17 tahun kemudian bangunan masjid selesai dibangun, dan penggunaannya dilakukan sejak tanggal 22 Februari 1978.(an/san)

LEAVE A REPLY