Militer Rusia Dilaporkan Menderita Kekurangan Personel untuk Berperang di Ukraina

0

Pelita.Online – Militer Rusia menderita kekurangan tenaga kerja saat berperang dengan Ukraina dan berusaha merekrut jasa pasukan kontrak dan bahkan mungkin menarik penjahat yang pernah dihukum, kata seorang pejabat AS pada Rabu (31/8/2022), mengutip intelijen Amerika Serikat (AS). Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit Kamis (25/8/2022) lalu untuk meningkatkan jumlah angkatan bersenjata Rusia dari 1,9 juta menjadi 2,04 juta, saat perang di Ukraina memasuki bulan ketujuh. Moskwa belum mengungkapkan kerugian apa pun dalam serangan Rusia ke Ukraina itu sejak minggu-minggu pertama, tetapi pejabat Barat dan pemerintah Kyiv mengatakan jumlahnya mencapai ribuan.

“Militer Rusia menderita kekurangan tenaga kerja yang parah di Ukraina,” kata pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas pengungkapan intelijen sebagaimana dilansir Reuters pada Kamis (1/9/2022). Pejabat itu mengatakan diyakini bahwa kementerian pertahanan Rusia sedang berusaha untuk merekrut jasa pasukan kontrak untuk menebus kekurangan personel ini. “Termasuk dengan memaksa tentara yang terluka untuk masuk kembali ke pertempuran, memperoleh personel dari perusahaan keamanan swasta, dan membayar bonus untuk wajib militer. .” “Secara terpisah, kami memiliki laporan yang kredibel bahwa Kementerian Pertahanan Rusia juga kemungkinan akan mulai merekrut penjahat yang dihukum di Ukraina dengan imbalan pengampunan dan kompensasi finansial,” kata pejabat itu dilansir dari Reuters. Sebelumnya dilaporkan bahwa pasukan terjun payung Rusia Pavel Filatiev tiba di Perancis untuk mencari suaka politik pada Minggu (28/8/2022), setelah menolak kembali dikirim ke Ukraina.

Pelariannya dilakukan juga karena takut akan hukuman yang bisa dijatuhkan padanya, setelah dia mengungkap kritik pedas tentang perang di Ukraina, yang dia terbitkan secara online. “Ketika saya mendengar petinggi meminta saya untuk dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena berita palsu, saya menyadari bahwa saya tidak akan bisa berbuat apa-apa dan pengacara saya tidak dapat melakukan apa pun untuk saya di Rusia,” kata Filatiev kepada AFP di ruang tunggu pencari suaka di bandara Paris Charles de Gaulle. Filatiev sendiri menghabiskan dua bulan di sekitar kota-kota utama Kherson dan Mykolaiv, sebelum ditarik dari garis depan karena infeksi mata.

“Kami tidak memiliki hak moral untuk menyerang negara lain, terutama negara yang paling dekat dengan kami,” tulisnya dalam selebaran 141 halaman berjudul “ZOV”, yang dia unggah di jejaring sosial VKontakte pada Agustus.

sumber : kompas.com

LEAVE A REPLY