Misi Bersejarah Umat Manusia, Pesawat NASA Sukses Tabrak Asteroid

0

Pelita.Online – Misi DART dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA) disebut sukses menabrak asteroid Dimorphos pada Selasa (27/9).
Misi DART merupakan misi pertama dalam sejarah umat manusia mencoba membelokkan objek antariksa di luar angkasa.

Meski pesawat antariksa telah berhasil menabrak asteroid Dimorphos yang dijadikan target, tetapi misi DART belum berakhir. Tabrakan ini menjadi awal baru untuk penelitian lanjutan yang akan dilakukan para peneliti.

Untuk meneliti dampak tabrakan, misi Hera dari Badan Antariksa Eropa (ESA) akan diluncurkan pada 2024. Kemudian pesawat ruang angkasa bersama dengan dua CubeSat diperkirakan akan tiba di asteroid Dimorphos dua tahun kemudian.

Hera akan mempelajari kedua asteroid, mulai dari mengukur sifat fisik Dimorphos, memeriksa kawah yang disebabkan DART, hingga memeriksa orbitnya. Nantinya hasil penelitian ini akan digunakan untuk membangun strategi pertahanan planet yang efektif.

Dilansir dari CNN, salah satu CubeSat dari Badan Antariksa Italia akan terbang ke Dimorphos untuk mengambil gambar dan video hasil tumbukan dari asteroid dan mungkin bahkan melihat kawah yang mungkin ditinggalkannya. Satelit mini juga akan melihat sekilas belahan Dimorphos yang berlawanan dari Bumi.

CubeSat juga akan berputar untuk mengarahkan kameranya ke Dimorphos saat terbang. Dengan kamera ini, kita dapat melihat dampak tabrakan pada asteroid tersebut.

Light Italian CubeSat for Imaging of Asteroids atau LICIACube tidak akan menjadi satu-satunya pengamat Dimorphos. Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST), Teleskop Luar Angkasa Hubble, dan misi Lucy NASA juga akan mengamati dampak misi DART.

Lebih lanjut, asteroid biner Didymos-Dimorphos tampak seperti satu titik cahaya kecil di tengah langit bertabur bintang jika diamati dari Bumi. Titik tersebut secara berkala menjadi terang dan redup saat asteroid moonlet selebar 160 meter bergerak di sekitar Didymos yang lebih besar selebar 780 meter, membuat fenomena seperti gerhana.

Seperti dikutip Space, dari frekuensi penurunan kecerahan inilah para astronom berhasil menetapkan secara akurat periode orbit Dimorphos (11 jam 55 menit). Kemudian dari penurunan kecerahan akibat pecahan asteroid, para peneliti dapat menghitung berapa banyak orbit Dimorphos berubah setelah dampak DART.

Para peneliti memperkirakan asteroid ini akan terdorong lebih dekat ke Didymos, mempercepat periode orbitnya hingga beberapa menit.

sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY