Pelanggan Ojol Pikir-pikir, Balik ke Angkutan Umum hingga Beli Motor

0

Pelita Online – Pelanggan layanan transportasi daring ojek online (ojol) mengaku keberatan dengan kenaikan tarif ojol. Kebijakan itu menaikkan batas bawah minimal 8 persen dari tarif biasanya.
Agustine (27), salah satu pelanggan ojol, mengaku seluruh mobilitasnya mengandalkan ojek online. Tidak hanya ke kantor, tetapi juga untuk bertemu teman-temannya.

Karenanya, ia merasa keberatan dengan kenaikan tarif ojol yang bakal membuat pengeluarannya membengkak.

“Sekarang, dari tempatku ke kantor naik ojol Rp19 ribu, dikalikan rata-rata hari masuk kerja itu 20 hari, misalnya sekitar Rp760 ribu sebulan. Itu baru ke kantor. Belum lagi kalau melipir dan weekend keluar. Sudah pasti nambah beban pengeluaran,” ceritanya, Kamis (8/9).

Sebagai solusi, ia memutuskan beralih ke transportasi umum yang lebih murah. Dengan catatan, ojol hanya akan digunakan saat keadaan mendesak. “Aku bakal beralih sih, naik TransJakarta. Naik ojol kalau lagi kepepet saja,” terang dia.

Yohana (27), lain cerita. Ia memutuskan beralih kembali mengendarai sepeda motor miliknya sejak kenaikan tarif ojol diumumkan.

“Sebelum kenaikan (tarif ojol) ini saja sudah terasa mahal, rata-rata jarak dekat Rp11 ribu-Rp14 ribu. Apalagi, kalau sekarang naik (tarif ojol). Ini yang membuat saya memutuskan membeli roda dua (motor) agar hemat,” jelasnya.

Harap maklum, Yohana mengaku pekerjaannya membutuhkan mobilitas tinggi. Dalam sehari, ia terbisa berkelana dengan ojol lebih dari tiga kali. “Bisa sedikitnya Rp50 ribu per hari buat ojol. Kalau punya motor setidaknya Rp50 ribu itu bisa beli bensin. Lebih efisien dan nggak pusing memikirkan ongkos ojol yang semakin mahal,” imbuhnya.

Adinda (29) mengeluhkan hal serupa. Namun, ia tak punya pilihan dan akan tetap menggunakan ojol. “Agak keberatan sih dengan tarif baru. Tapi akan tetap gunakan (ojol), soalnya nggak bisa bawa motor sendiri,” tutur dia.

Ia sadar ada pilihan angkutan umum yang lebih murah, sebenarnya, seperti TransJakarta. Tetapi, kemacetan Jakarta mengurungkan niatnya menjadi penumpang angkutan umum. “Tapi balik lagi, tidak ada pilihan lain karena ojol yang paling tepat kalau mau cepat,” katanya.

Sementara, Sandra (28), memilih tetap menggunakan ojol dengan harapan perusahaan tempat ia bekerja memberi kenaikan gaji. “Ya semoga naik gaji,” tandasnya.

Sumber: cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY