Profil Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Mengabdikan Seluruh Hidupnya untuk Ilmu

0

Pelita.Online –  Syam Ad-Din abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Saad bin Haris Az-Zari Ad-Dimasyqi atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah adalah imam suni, cendekiawan, dan ahli fikih bermahzab hambali yang hidup pada abad ke-13.

Ahli fikih ini lahir di Damakus, Suriah, pada 7 Syafar 961 Hijriah atau 29 Januari 1291 Masehi, dan wafat pada 13 Rajab 751 Hijriah atau 23 September 1350 Masehi.

‘Al-Jauziyyah’ dalam namanya diambil dari sebuah sekolah yang dibangun oleh Muhyy Ad-Din bin Hafiz bin Abu Fajr Abdul Ar-Rahim Al-Jauzi. Di sekolah itu, ayahnya merupakan salah satu pengurus atau penjaga (Qayyim).

Berkat kecintaannya terhadap ilmu, dia mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk pengembangan ilmu. Demi menyempurnakan dan memperdalam ilmunya, dia berguru ke beberapa ulama.

Pria kelahiran Damakus ini diberikan julukan ‘Syaikh al-Islam’ berkat kedalaman ilmunya. Dia berusaha mengajak orang-orang untuk kembali berpegangan kepada Al-Quran dan as-sunnah. Ajakannya tidak berhenti di bidang Ilmu Kalam, tetapi juga di bidang Fiqh dan Tasyawuf.

Dia menentang adanya anjuran untuk berziarah ke kuburan para wali. Akibat dari tentangannya itu, dia bersama dengan Ibnu Taimiyah pernah dipenjara, dihina bahkan diarak berkeliling sambil dicambuk di atas seekor unta.

Guru-guru Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Untuk memperdalam ilmunya, dia berguru kepada banyak guru, seperti Abu Bakar bin Ayyub bin Saad Az-Zurai Ad-Dimasyqi, Syamsudin Abu Nasr Muhammad bin Imaduddin Abu Al-Fadhl Muhammad bin Syamsudin Abu Nasr Muhammad bin Hibatullah Al-Farisi Al-Dimasyqi Al-Mizzi, Syaikhul Islam Taqiyuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdissalam bin Abil-Qasim bin Taimiyah Al-Harrani Ad-Dimasyqi Al-Hanbali.

Selain itu, dia juga berguru ke Zainuddin Ayyubb bin Nimah bin Muhammad bin Nimah An-Naabilisi Ad-Dimasyqi Al-Kahhaal, Alaudin Ali bin Al-Muzhaffar bin Ibrahim Abul Hasan Al-Kindi Al-Iskandari Ad-Dimasyqi, Syarafauddin Isa bin Abdurrahman bin Maaali bin Ahmad Al-Muthaim Abu Muhammad Al-Maqdisi Ash-Shalihi Al-Hanbali.

Lebih jauh, ahli fikih asal Damaskus itu juga berguru ke Bahauddin Abul Al-Qasim bin Asy-Syaikh Badruddin Abu Ghalib Al-Muzhaffar bin Najmuddin bin Abu As-Tsanaa Mahmud bin Asakir Ad-Dimasyqi, Qadhi Qudhaat Baruddin Muhammad bin Ibrahim bin Saadullah bin Jamaah Al-Hamawi Asy-Syafii, Syamsudin Abu Abdillah Muhammad bin Abu Al-Fath bin Abdul Al-Fadhl al-Balabakki Al-Hanbali, Safiyuddin Muhammad bin Abdurrahim bin Muhammad Al-Armawi Asy-Syafii Al-Mutakallim Al-Ushuli, Abu Abdillah Al-Hindi, dan lainnya.

Dari sekian banyak gurunya, yang paling berpengaruh adalah Syaikhul Islam Ibnu TaimiyahIbnu Qayyim Al-Jauziyyah berguru kepadanya setelah sang guru datang dari Mesir, tepanya sejak 712 Hijriah.

Karya dari Ibnu Taimiyah umumnya berisi tentang kritikan terhadap berbagai paham dan tradisi yang berkembang tetapi menurutnya menyimpang dari ajaran Islam.

Berkat kecintaan dan rasa hormat kepada gurunya, dia mengadaptasi ilmu sang guru dengan memerangi orang-orang yang menyimpang dari agama.

Meskipun sangat menghormatinya gurunya, tetapi jika memiliki pemikiran yang menurutnya benar dengan dalil yang jelas, tak jarang dia memiliki pandangan yang berbeda dengan Ibn Taimiyyah.

Murid-murid Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Sama seperti sang guru, murid-muridnya pun berhasil menjadi imam di dunia ilmu pengetahuan, seperti Syafarufuddin bin Al-Imam Ibnu Qayyim, A-Hafidz Al-Mufassir Abu Al-Fida Ismail bin Umar bin Katsir Al-Qaisi Ad-Dimasyqi, Al-Hafidz Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab Al-Hasani Al-Baghdadi Al-Habali.

Ibrahim bin Al-Imam Ibnu Qayyim, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz Adz-Dzhahabi At-Turkumaniy Asy-Syafii, Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky, Ibnu Adirrahman An-Nablisiy, Taiyussddin Abu Ath-Thahir Al-Fairuz Asy-Syafii, dan lainnya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah meninggalkan begitu banyak ilmu untuk diwariskan kepada umat Islam.

Cendekiawan ini wafat di usia 60 tahun, yakni pada 13 Rajab 751 Hijriah. Pelaksaan salat jenazahnya dilakukan di Masjid Jaami Al-Umawiyyah dan Masjid Jarraah pada keesokan harinya setelah salat Zuhur.

Pelaksanaan salat dan pengantaran jenazahnya dihadiri oleh banyak orang hingga berdesakan. Dia dimakamkan di pemakaman Al-Baad Ash-Shaghiir, di samping makam ayahnya.

sumber : pikiran-rakyat.com

LEAVE A REPLY