Senin, Empat SMP Memulai Simulasi Pembelajaran Tatap Muka

0
Seorang siswa mengikuti pelajaran tatap muka di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Mujahidin Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Selasa (10/11/2020). Sekolah tersebut mulai menerapkan pelajaran tatap muka selain belajar daring dengan membuat bilik transparan di setiap meja, membatasi jumlah siswa di dalam kelas dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/aww.

Pelita.online – Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan akan melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka di empat sekolah menengah pertama (SMP) mulai Senin (16/11/2020).

“Masih tahap simulasi selama dua minggu ke depan dan empat sekolah ini yang paling siap,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin Totok Agus Daryanto di Banjarmasin, Minggu (15/11/2020).

Simulasi pembelajaran tatap muka di sekolah akan dilakukan di SMPN 7, SMPN 10, SMPN 12, dan SMPN 31 Banjarmasin. Menurut Totok, kegiatan belajar mengajar di sekolah diselenggarakan kembali dengan persetujuan para guru, orang tua murid, dan Pemerintah Kota Banjarmasin.

“Prinsipnya mayoritas orang tua telah menyetujui sekolah dibuka, di mana lokasi sekolah berada di zona hijau berdasarkan penilaian Gugus Tugas, sehingga keputusan ini diambil,” kata Totok.

Ia menjelaskan bahwa pembelajaran tatap muka di sekolah dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Sekolah yang akan melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka, menurut dia, punya kebijakan tersendiri dalam menerapkan protokol kesehatan yang berkaitan dengan pembatasan peserta belajar.

Ia mencontohkan, SMPN 7 Banjarmasin hanya mengisi 30% dari kapasitas ruang kelas, sedangkan SMPN 10 Banjarmasin menyatakan akan mengisi 50% dari kapasitas ruang kelas saat menjalankan pembelajaran tatap muka.

Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin juga mempertimbangkan untuk menyelenggarakan kembali pembelajaran tatap muka di sekolah dasar mulai tahun depan karena kasus penularan Covid-19 sudah melandai.

Sementara secara terpisah, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti menuturkan, sekolah tidak langsung pembelajaran tatap muka (PTM) dengan separuh jumlah siswa, tetap disarankan untuk memulai uji coba PTM dengan sepertiga siswa, baik siswa SMA/SMK/SMP dimulai dari kelas paling atas.

“Apabila peserta didik patuh pada protokol kesehatan, barulah menyelenggarakan simulasi untuk siswa di kelas bawahnya. Jangan memulai PTM tanpa uji coba terlebih dahulu,” ucapnya.

Materi Belajar
Sementara terkait dengan masalah siswa jenuh belajar PJJ karena materi dinilai berat. Retno menuturkan, KPAI mendesak dinas pendidikan memerintahkan kepada seluruh musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di level sekolah untuk memilih materi-materi yang akan diberikan saat PTM dan PJJ, karena siswa akan masuk bergantian.

Merespons hal tersebut, Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Evy Mulyani menuturkan, masa pandemi menjadi momentum pembelajaran bagi semua area kehidupan, khususnya warga sekolah karena pendidikan tidak hanya dilakukan oleh pihak sekolah saja.

“Semua pemangku jabatan seperti kepala sekolah, guru, orang tua, dan komunitas harus berkolaborasi untuk mencapai kesehatan mental selama masa PJJ,” kata Evy kepada Suara Pembaruan, Minggu (15/11/2020).

Evy mendorong orang tua dan guru juga perlu lebih saling mengenal, termasuk guru mengenali latar belakang keluarga dari para siswa sehingga dapat mendampingi mereka agar tumbuh dengan baik.

Sumber:Suara Pembaruan, ANTARA

LEAVE A REPLY