Sidney Jones Ungkap Kronologi Dugaan WNI Bom Gereja Filipina

0
Setidaknya 21 orang tewas dalam serangan bom di salah satu gereja di Jolo, Filipina, pada 27 Januari lalu. (NICKEE BUTLANGAN/AFP)

Pelita.Online, Jakarta — Lembaga pimpinan pengamat Sidney Jones, Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), mengungkap kronologi ketika seseorang yang diduga warga negara Indonesia (WNI) melakukan serangan bom bunuh diri ke salah satu gereja di Jolo, Filipina, pada 27 Januari lalu.

Dalam laporan yang dirilis pada Selasa (5/3), IPAC melaporkan bahwa dugaan ini terungkap setelah aparat Filipina menangkap lima tersangka kasus pengeboman tersebut.

Berdasarkan keterangan para tersangka, Kepala Kepolisian Nasional Filipina, mengatakan bahwa dua pelaku yang berasal dari negara Asia diyakini berlayar dari Pulau Lampinigan dan berlabuh di Jolo pada 24 Januari.

Mereka kemudian dijemput menggunakan satu mobil. Salah satu tersangka yang berada di dalam kendaraan tersebut mengaku mendengar kedua orang itu berbicara dengan bahasa Indonesia.

“Dia dilaporkan mendengar mereka berbicara bahasa Indonesia, dan dia tahu bahasa itu karena dia pernah tinggal di Indonesia selama enam bulan beberapa tahun lalu untuk aktivitas bela diri,” tulis IPAC.

Malam itu, pasangan tersebut menginap di sebuah rumah di Patikul, kemudian dibawa ke kamp Sawadjaan keesokan paginya.

Pada 26 Januari, kelompok yang berbeda ditugaskan menjemput pasangan itu dan membawa mereka kembali ke Jolo untuk bersiap melakukan aksi keesokan harinya, tepatnya Minggu (27/1).

“Pukul 8.28 esok paginya, diyakini perempuan Indonesia meledakkan bom IED pertama di dalam katedral di Jolo, sementara sang pria meledakkan IED kedua di pintu masuk gereja beberapa detik kemudian,” demikian keterangan kepolisian Filipina.

[Gambas:Video CNN]

Aksi teror tersebut menewaskan 21 orang dan menggemparkan Filipina yang kala itu baru saja menyepakati perjanjian damai dengan salah satu kelompok pemberontak.

Meski penyelidikan belum rampung, Menteri Dalam Negeri Filipina, Eduardo Ano, sudah mengatakan bahwa pelaku serangan bom itu adalah Filipina. Klaim sepihak ini membuat sejumlah pejabat di Indonesia geram, termasuk Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI, Wiranto.

Indonesia akhirnya mengirimkan satu tim ke Filipina untuk membantu proses identifikasi pelaku bom tersebut. Namun, hingga kini, kepolisian masih menunggu hasil tes DNA dari Filipina.

CNN Indonesia 

LEAVE A REPLY