Syarat bagi Taliban Meredam ISIS di Afghanistan

0

Pelita.Online – Kekuasaan Taliban di Afghanistan tak semata-mata mulus. Ada berbagai ancaman yang harus dihadapi Taliban di Afghanistan, salah satunya serangan dari kelompok ekstremis ISIS.
Sebelumnya, Taliban berjanji kepada Amerika Serikat bahwa kelompoknya akan menjaga Afghanistan bebas dari kelompok terorisme seperti ISIS. Namun, sepertinya janji ini akan sulit untuk ditepati.

Pada Jumat (8/10), ISIS-Khorasan (ISIS-K) mengklaim telah melakukan serangan di Kunduz, Afghanistan. Menurut laporan, total korban tewas akibat serangan itu sebanyak 46 jiwa, sementara yang luka-luka mencapai 143 orang.

Namun, pejabat kesehatan Afghanistan memperkirakan korban tewas bisa mencapai 70 hingga 80 orang. Sementara itu, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), korban tewas imbas operasi bom ISIS-K mencapai 100 orang.

Tak hanya itu, ISIS-K juga melakukan serangan bom bunuh diri di Masjid Eid Gah, Kabul, pada Minggu (3/10) lalu. Akibat serangan ini, lima orang dinyatakan tewas yang semuanya adalah warga sipil.

Walaupun diteror serangan bom berkali-kali, Taliban mengklaim telah mengendalikan ancaman militan ISIS.

Usai pertemuan dengan delegasi Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri Afghanistan, Amir Khan Muttaqi, menuturkan rezim Taliban memastikan bahwa Afghanistan tak akan menjadi sarang teroris dalam meluncurkan serangan ke negara-negara lain.

“Masalah Daesh (sebutan ISIS) telah dikendalikan oleh Emirat Islam (Afghanistan) dengan sangat baik sejauh ini. Dunia seharusnya bekerja sama dengan kami, bukannya justru menekan kami,” kata Muttaqi di Doha, Qatar, seperti dikutip Reuters pada Senin (11/10).

Walaupun begitu, pengamat menilai ancaman ISIS akan Afghanistan bukanlah ancaman jangka pendek.

“Intensitas dan luasnya serangan menunjukkan kapasitas dan tingkat jangkauan nasional yang mengejutkan Taliban,” kata Konsultan International Crisis Group Ibraheem Bahiss, dalam Associated Press.

Sementara itu, Pengamat dari Long War Journal Bill Roggio menyampaikan, ia yakin Taliban mampu menghilangkan ISIS sendirian, tanpa bantuan AS.
Roggio menilai Taliban telah menunjukkan diri mereka mampu membasmi beberapa sel ISIS, menggunakan jaringan pengumpulan-intelijen lokal mereka yang luas.

Sementara itu, perkembangan ISIS di Afghanistan tergantung dari bagaimana kelompok itu dapat merekrut lebih banyak anggota. ISIS sendiri telah lama merekrut anggota Taliban.

Pada 2015, seorang mantan komandan Taliban, Abdul Rauf Khadim, ditunjuk sebagai wakil ISIS di Afghanistan. Ia juga dilaporkan pernah menawarkan insentif kepada pejuang Taliban lainnya untuk bergabung dengan ISIS.

Ketika ISIS muncul Afghanistan di 2020, ia berada di bawah pemimpin baru yang diambil dari Jaringan Haqqani, yang saat ini merupakan salah satu faksi Taliban.

Ada kemungkinan anggota Taliban garis keras dapat bergabung dengan ISIS, mengingat pemerintah Taliban saat ini berjanji untuk membuat pemerintahan yang lebih inklusif.

Syarat bagi Taliban untuk bisa meredam ISIS-K salah satunya adalah dengan bantuan dunia internasional.

Semakin banyak jalinan kerja sama antara Taliban dengan masyarakat internasional, semakin mereka mampu menghilangkan citra prajurit mujahidin.

Penting diketahui ISIS dan Taliban adalah musuh bebuyutan. Walaupun sama-sama melakukan ajaran Islam garis keras, mereka memiliki ideologi yang berbeda.

ISIS mengatakan mereka adalah adalah Negara Islam, sebuah kekhalifahan global yang harus didukung oleh semua Muslim. Pandangan ini menghina tujuan nasionalis Taliban dan tidak mengakuinya sebagai gerakan Islam murni. Untuk alasan yang sama, ISIS telah lama menjadi musuh setia Al-Qaeda.

Keduanya juga kerap melakukan taktik bom bunuh diri. Namun, ISIS dikenal lebih sadis dan dapat menjalankan hukuman yang lebih brutal daripada Taliban.

Taliban sendiri dikabarkan meremehkan kemampuan ISIS dan menganggap mereka sebagai kelompok pinggiran tanpa daya tarik utama.

sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY