Terbangun di Jam yang Sama Setiap Malam, Pertanda Apa?

0

Pelita.Online – Tidur yang berkualitas dapat membawa beragam manfaat baik bagi kesehatan fisik dan mental. Sayangnya, sebagian orang kesulitan untuk mencapai tidur yang berkualitas karena kerap terbangun di malam hari.

Terbangun di jam yang sama setiap malam tak selalu merupakan masalah. Terkadang, situasi ini terjadi karena tubuh sudah terbiasa untuk bangun di jam tersebut akibat suatu alasan. Misalnya, karena terbiasa bangun malam untuk mengurus bayi yang menangis.

Akan tetapi, kerap terbangun di malam hari perlu diwaspadai sebagai masalah bila seseorang mengalami kesulitan untuk kembali tertidur setelahnya. Kondisi ini juga perlu diwaspadai bila sampai memunculkan rasa khawatir, cemas, atau frustrasi.

“(Bila perasaan tersebut muncul) Anda kemungkinan telah mengaktifkan sistem saraf simpatik Anda, sistem fight or flight Anda,” ujar dr Alexa Kane, seperti dilansir Mirror, Rabu (20/8/2022).

Ketika hal tersebut terjadi, otak akan berubah dari mode tidur ke mode terjaga. Pikiran akan mulai sibuk untuk berpikir dan detak jantung serta tekanan darah bisa meningkat. Kondisi ini yang kemudian membuat orang sulit kembali tidur setelah terbangun di malam hari. Stres yang muncul dari kondisi ini dapat memicu terjadinya gangguan tidur insomnia.

Terbangun di malam hari juga bisa disebabkan oleh masalah apnea tidur. Pada kasus apnea tidur, seseorang bisa terbangun dengan sensasi sentakan yang disertai dengan perasaan seperti kehabisan napas. Penderita apnea tidur juga kerap menunjukkan gejala mendengkur, lelah, atau lemas di siang hari.

“Bila Anda mengalami gejala-gejala ini, segera kunjungi dokter pakar tidur. Apnea tidur yang tak diobati bisa menyebabkan penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan masalah kesehatan lain,” kata dr Kane.

Bila terbangun di malam hari, beri waktu kepada diri sendiri sekitar 15-20 menit untuk mencoba kembali tidur. Bila tak berhasil tidur, coba untuk beranjak bangun dari tempat tidur. Terlalu banyak menghabiskan waktu di kasur dalam kondisi terjaga bisa membuat otak mengasosiasikan kasur dengan aktivitas yang membuat tubuh sulit tidur.

“Beranjak dari kasur memutus asosiasi tersebut,” ujar dr Kane.

Setelah beranjak dari kasur, lakukan hal-hal yang bisa memicu rasa kantuk. Misalnya, melakukan latihan fisik yang merelaksasi untuk meredam respons fight or flight dan mengaktifkan respons rest and digest. Ketika tubuh sudah kembali tenang, kembali berbaring di kasur dan coba untuk tidur.

sumber : republika .co.id

LEAVE A REPLY