Zimbabwe Mulai Membayar Utang Negara Setelah 20 Tahun

0

Pelita.Online – Setelah 20 tahun tidak dapat membayar utang negara, pemerintah Zimbabwe mengambil langkah untuk membersihkan neraca keuangan dan citranya. Pihaknya mulai melakukan pembayaran kepada kreditur utama.

Pemerintah berharap mereka akan membangun niat baik terhadap Zimbabwe.

Menteri Keuangan Zimbabwe Mthuli Ncube mengumumkan selama konferensi video bulan ini, bahwa negara telah membuat pembayaran pertama dalam dua dekade ke sekelompok negara kaya yang dikenal sebagai Klub Paris.

“Kami sudah mulai membayar mereka karena, sebagai sebuah negara, kami harus dikenal sebagai debitur yang baik dan bukan yang buruk,” kata Ncube, Minggu (12/9/2021).

Selain pembayaran pertama dalam dua dekade ke 17 negara yang merupakan bagian dari Klub Paris, Zimbabwe juga menyelesaikan utangnya kepada pemberi pinjaman multilateral.

“Kami telah mengambil langkah untuk mulai membayar pembayaran uang ke Bank Dunia, Bank Pembangunan Afrika, dan Bank Investasi Eropa,” kata Ncube.

Melunasi utang Zimbabwe, atau sekadar mengejar pembayaran, adalah tugas besar.

Utang Zimbabwe mencapai US$ 11 miliar kepada pemberi pinjaman asing, berjumlah sekitar 71% dari produk domestik bruto (PDB) negara itu. Sekitar US$ 6,5 miliar dari total adalah pembayaran yang menunggak.

Ncube mengatakan, pemerintah akan membutuhkan sponsor untuk mengendalikan pembayaran utangnya.

Meski tidak jelas apa sebenarnya yang dia maksud dengan sponsor, Ncube mengatakan tujuannya adalah menyelesaikan utang. “Benar-benar untuk mengatasi tunggakan itu dengan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Afrika, kreditur pilihan. Kami sedang bekerja keras untuk itu,” lanjutnya.

Zimbabwe gagal membayar utangnya ketika ekonomi jatuh ke dalam keruntuhan 20 tahun lalu di bawah pemerintahan presiden saat itu, Robert Mugabe.

Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa, yang mengambil alih kekuasaan setelah kudeta 2017, ingin memperbarui hubungan dengan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Hubungan antar negara tersebut sebagian besar dirusak karena Mugabe merongrong pemilu dan dengan adanya pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Isyarat Positif

“Negara ini berusaha untuk terlibat kembali dengan komunitas internasional di Eropa dan AS. (Pembayaran utang) adalah tindakan positif yang akan meyakinkan seluruh dunia, kami serius dengan apa yang kami katakan,” ekonom Persistence Gwanyanya kepada AFP.

Namun negara-negara Barat mungkin perlu banyak diyakinkan.

Mnangagwa, yang pernah menjadi wakil tertinggi Mugabe, termasuk di antara pejabat senior pemerintah yang dilarang bepergian atau menggunakan jasa perbankan di AS dan Eropa.

Negara-negara Barat membekukan asetnya sebagai protes atas pelanggaran HAM. Sejauh ini, Barat hanya menunjukkan sedikit kecenderungan untuk meringankan sanksi.

Pada Juli 2021, pemerintah Inggris menambahkan sanksi baru kepada pejabat Zimbabwe karena secara curang menebus anggaran perbendaharaan 10 kali lipat dari nilai resminya.

Tetapi Gwanyanya mengatakan, pembayaran kecil untuk utangnya menunjukkan kepada dunia bahwa Mnangagwa berbeda dari pendahulunya.

“Zimbabwe telah mulai melakukannya pada saat utang kami sangat berlebihan akan membuka modal dari dunia luar,” ujarnya.

Ekonomi Zimbabwe telah bergerak secara dramatis sejak 2000, menyusut pada tingkat yang menakjubkan selama hiperinflasi bertahun-tahun, sebelum kembali tumbuh pada 2009.

Covid-19 dan kekeringan mendorong ekonomi kembali ke resesi, dengan inflasi kembali ke tiga digit angka.

Inflasi telah kembali turun menjadi dua digit, berada di level 56% pada Juli 2021, turun dari 106% di bulan sebelumnya. Ncube memiliki rencana ambisius untuk membawa negara ini ke kelas menengah global pada 2030.

Untuk itu, Zimbabwe membutuhkan modal dan investor. Membayar utangnya adalah salah satu cara untuk membuat negara lebih menarik.

“Pada dasarnya itu adalah isyarat. Bukan berarti kita mampu membayar utang secara utuh, tetapi itu akan mengirim sinyal ke seluruh dunia tentang kesediaan kita untuk membayar utang dan karena itu mengubah persepsi tentang bagaimana orang lain memandang negara,” kata Gwanyanya. (afp/eld)

sumber : beritasatu.com

LEAVE A REPLY