Bayang-bayang Obesitas Masih Menghantui Orang Indonesia

0

Pelita.Online, Jakarta Titi Watisama sekali tak bisa beraktivitas. Jangankan beraktivitas, duduk pun sulit. Titi hanya bisa tidur telungkup di tengah rumahnya di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Betapa tidak, Titi menderita obesitas ekstrem. Berat badannya yang mencapai 350 kilogram membuatnya tak berdaya.

Titi mendapatkan bantuan perawatan kesehatan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Dia menjalani operasi bariatrik atau pemotongan lambung hingga 60 persen. Pasca-operasi, berat badannya berkurang menjadi 220 kilogram. Kini, Titi bisa kembali duduk.

Titi terbilang beruntung. Di luar Palangkaraya, para penderita obesitas meraung kelelahan. Betapa tidak, angka penderita obesitas di Indonesia merangkak naik.

Riset Kesehatan Dasar mencatat, prevalensi obesitas di Indonesia terus meningkat dari 10,5 persen pada 2008, menjadi 14,8 persen pada 2013, dan melonjak 21,8 persen pada 2018.

Sama halnya, prevalensi berat badan berlebih pada orang usia 18 tahun ke atas juga terus mengalami peningkatan. Mulai dari 8,6 persen pada 2008, menjadi 11,5 persen pada 2013, dan melompat jadi 13,6 persen pada 2018.

Obesitas memang tengah menjadi perhatian. Tak hanya di Indonesia, tapi juga dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mencatat obesitas sebagai salah satu ancaman kesehatan global pada 2019.

Amerika Serikat bahkan menetapkan kondisi lemak berlebih ini sebagai ancaman keamanan nasional. Pasalnya, satu dari tiga anak muda di AS mengalami obesitas.

Kondisi di Indonesia tak jauh berbeda. Obesitas kini menghantui kesehatan masyarakat dengan angka penderitanya yang terus merangkak naik.

Kenaikan obesitas ini berbanding lurus dengan peningkatan berbagai macam penyakit kronis. Rasanya wajar, sebab obesitas menjadi ‘pintu masuk’ bagi penyakit-penyakit mematikan tersebut.

Dalam kurun waktu lima tahun sejak 2013, prevalensi kanker naik dari 1,4 menjadi 1,8, stroke dari 7,0 menjadi 10,9, ginjal kronis dari 2,0 menjadi 3,8 (dalam persen). Sedangkan penyakit diabetes menjadi 2,0 dan jantung 1,5 persen. Sementara penduduk dengan hipertensi sebanyak 34,1 persen meningkat dari 2013 sebanyak 25,8 persen.

Bukan tanpa sebab obesitas dan penyakit kronis ini terus meningkat. Menurut ahli gizi Profesor Hardinsyah, gaya hidup yang buruk dan tidak sehat jadi penyebab utama obesitas. Mulai dari makanan berlebih dan konsumsi nutrisi yang buruk hingga kurang olahraga disebut jadi penyebab obesitas.

“Sederhanya karena makanan berlebih, makanan tidak seimbang. Energinya kebanyakan karbohidrat, kebanyakan lemak, atau kedua duanya. Jadi, kelebihan energi, kurang aktifitas fisik,” kata Hardinsyah yang merupakan Ketua Pergizi Pangan kepada CNNIndonesia.com yang ditemui usai temu media yang digelar Frisian Flag memperingati Hari Gizi Nasional di Jakarta, Rabu (23/1).

Hari Gizi Nasional diperingati pada tanggal 25 Januari setiap tahunnya.

Selain itu, Hardinsyah juga menyebut, kurang tidur juga menjadi faktor penyebab obesitas. Dia menjelaskan kurang tidur dapat mengaktifkan hormon ghrelin yang dapat meningkatkan nafsu makan.

Karena disebabkan oleh gaya hidup, obesitas ini juga dapat dicegah dengan mengubah gaya hidup sehat menjadi makan seimbang, berolahraga teratur, serta menghindari rokok dan alkohol.

CNN Indonesia

LEAVE A REPLY