Bersantai di Kafe, Cara Kawula Muda Irak Lupakan Konflik

0
ilustrasi

Pelita.Online, Jakarta – Meski konflik seolah tak bisa lepas dari Irak, namun Mohammed Abdul Ameer tak ingin anak muda terlarut dalam situasi resah. Lewat sebuah kafe di Basra, Irak, dia mencoba menghadirkan suasana nyaman dan penuh kebebasan untuk muda-mudi di negaranya.

Kafe Fairouz, namanya. Nama ‘Fairouz’ sendiri diambil dari nama penyanyi perempuan Lebanon yang dekat dengan keseharian masa kecil Ameer. Lagu-lagu milik Fairouz kerap diputarnya semasa duduk di bangku sekolah.

Oleh karenanya, kafe yang dibangun Ameer tak hanya memutar lagu-lagu Fairouz, tapi juga menyediakan cangkir dan dinding berlukis wajah sang biduan.

“Lagu milik Fairouz adalah kenangan indah. Tempat ini akan membawa orang ke masa lalu, ke hari yang lebih baik,” kata Ameer, sebagaimana dituliskan Reuters

Ya, Kafe Fairouz adalah tentang nostalgia ketenangan hidup di masa lalu.

Ameer tumbuh di kampung halaman sang ibu di Suriah. Pada 2012, pria 29 tahun ini terpaksa meninggalkan Suriah akibat perang sipil yang terjadi.

Konflik dimulai dengan protes terhadap Presiden Bashar Al-Assad. Ratusan orang terbunuh, ribuan hingga jutaan warga harus meninggalkan rumah.

“Hidup di Suriah menjadi berat. Tembakan jarak jauh dan penculikan jadi hal biasa. Saya memutuskan untuk pergi dan menemukan hidup baru di Basra,” ujar Ameer.

Nostalgia akan kehidupan yang tenang saat masa kecilnya pun dibawa Ameer sebagai inspirasi membangun Kafe Fairouz.

Pelanggan di Kafe Fairouz, kata Ameer, bisa sejenak melupakan keresahan dan membebaskan dirinya dalam jajaran karya sastra Arab dalam rak buku. Mereka juga bisa membaca seraya menikmati secangkir kopi ditemani lantunan suara Fairouz.

“Apa yang saya sukai tentang tempat ini adalah perpustakaan dan pelayanannya yang baik. Tempat ini tenang dan bebas dari orang-orang yang ingin merenggut kebebasan kami,” ujar Samana Sajjad, seorang penyiar radio lokal.

Basra sendiri merupakan sebuah kota di mana orang-orang Arab, Persia, Turki, India, dan Yunani bertemu dan tinggal bersama. Setelah Saddam Hussein terguling, partai-partai konservatif yang dipimpin Syiah mengambil alih kekuasaan. Mereka membawa aturan-aturan anyar.

Kenyataanya, kehidupan orang-orang di Basra tak lebih baik. Akibatnya, anak-anak muda Basra terlibat dalam protes. Mereka protes akan banyaknya pengangguran, kurangnya layanan masyarakat, dan korupsi yang merajalela. Belum lagi kekurangan air yang dialami warga.

Kafe Fairouz seolah menjadi oase di tengah masalah berkepanjangan yang dialami Basra. Masalah-masalah yang membuat sebagian besar warga khawatir.

“Setelah hari yang panjang, ini adalah tempat di mana Anda bisa melupakan kekhawatiran dengan mendengarkan (lagu) Fairouz dan membaca buku.”

CNN Indonesia

LEAVE A REPLY