Sejarah Keffiyeh, Scarf Simbol Perlawanan Palestina

0

pelita.online – Serangan yang dilakukan Israel terhadap Palestina menelan banyak korban. Bahkan pada Rabu (1/11), Israel yang melancarkan serangan udara kedua ke Kamp Jabalia, kamp pengungsi Palestina terbesar di Jalur Gaza ini, membuat 80 orang tewas.
Video dari lokasi ledakan menunjukkan kerusakan besar di sekitar kawah yang dalam di lingkungan tersebut. Orang-orang terlihat menggali reruntuhan untuk mencari mayat.

“Ini benar-benar pembantaian,” ucap warga yang menjadi saksi mata gempuran kedua Israel ini seperti dikutip Reuters.

Banyak negara mengecam serangan Israel kepada warga Palestina. Palestina banjir dukungan dan Israel banjir kecaman. Banyak orang dari berbagai negara menyerukan perdamaian dan meminta Israel untuk tak lagi menyiksa rakyat Palestina.

Dukungan terhadap Palestina pun diberikan dari banyak orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan negara lainnya. Demi memberi dukungan, mereka tak segan turun ke jalan dan menyerukan perdamaian di Gaza.

Mereka membawa bendera dan spanduk Free Palestine dan ada juga yang memakai scarf bercorak kotak-kotak hitam putih. Scarf ini disebut keffiyeh. Keffiyeh bukanlah scarf biasa melainkan jadi simbol perjuangan Palestina untuk merdeka.

Mengutip berbagai sumber, keffiyeh yang juga sempat dipakai model Bella Hadid saat memberikan dukungannya untuk Palestina, memegang peranan penting untuk Palestina. Dengan simbol dan sejarahnya, scarf ini menjadi sebuah tanda perlawanan, kegigihan, dan kesatuan.

Keffiyeh menjadi bagian dari identitas Palestina karena keterikatan sejarah akan perjuangan negaranya. Emborideri-nya menggambarkan jaring ikan, ombak laut, dan bahkan daun zaitun yang semuanya menggambarkan beragam aspek dari identitas Palestina.

“Beberapa orang beranggapan bahwa bentuk sulaman melambangkan jaring ikan, yang melambangkan kekompakan antar individu, sedangkan garis di sisi lain melambangkan daun zaitun – simbol keaslian Palestina. Bagi warga Palestina, pohon zaitun adalah persoalan hidup dan mati – ini adalah harta karun mereka – jadi penafsiran ini mungkin benar,” Yahya Zakaria Al-Agha, Duta Besar Urusan Kebudayaan dan Pendidikan di Kedutaan Besar Palestina di Qatar saat Pekan Kebudayaan Palestina pada 2021 lalu di Qatar.

Dia juga menyebut bahwa keffiyeh sebenarnya berasal dari kota Kufah di Irak.

“Keffiyeh Irak berbeda dengan keffiyeh Palestina dalam hal warnanya.Keffiyeh Irak memiliki lebih banyak warna hitam daripada putih, sedangkan keffiyeh Palestina memiliki lebih banyak warna putih daripada hitam,” katanya.

“Keffiyeh mencapai Palestina selama Mandat Inggris, ketika tidak ada perbatasan atau penghalang antar negara.”

Menurut Al-Agha, keffiyeh Palestina biasanya dipasang di leher, atau dengan ikat kepala di kepala.Bentuknya persegi dengan ukuran 120 cm x 120 cm. Scarf ini biasanya terbuat dari sutera, katun, atau wol.

Keffiyeh Palestina telah dikaitkan dengan sejarah perjuangan negara tersebut, terutama sejak Pemberontakan Arab di Palestina pada tahun 1936. Menurut Al-Agha, keffiyeh Palestina membantu para gerilyawan menghindari penangkapan, dan melindungi revolusi.

“Seorang fedayeen (pejuang kemerdekaan) melakukan penyerangan yang mengakibatkan terbunuhnya dan melukai beberapa tentara Inggris,” jelasnya.

“Tetapi seorang tentara melarikan diri dan memberi tahu komandannya bahwa orang yang melakukan penyerangan itu mengenakan keffiyeh sebagai penutup kepala, jadi mereka mulai mencarinya.Komandan fedayeen meminta semua orang untuk meninggalkan fez, yang dipakai sebagai pelindung dari sinar matahari, dan memakai keffiyeh agar tentara tidak mengenali penyerangnya.”

Pentingnya keffiyeh kemudian meningkat pada tahun 1974 ketika Mantan Presiden Otoritas Palestina, Yasser Arafat, berpidato di hadapan dunia di PBB.Dan sejak itu, hal ini menjadi lebih populer di kalangan kelompok militan.

“Keffiyeh Palestina telah menjadi simbol nasional yang penting dalam melawan penjajah, serta untuk menantang dan menolak ketidakadilan, penindasan, dan penganiayaan.Orang Palestina memakainya karena alasan sosial dan politik.”

“Keffiyeh tetap menjadi simbol kedaulatan, identitas, eksistensi, dan revolusi.Ini adalah bahasa pemersatu rakyat Palestina, di dalam dan luar negeri, dan merupakan simbol revolusi dan perjuangan,” katanya.

sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY