Giliran Indonesia Alami Kasus Mirip Sabotase Pepaya Positif Corona

0

Pelita.online – Beberapa hari lalu Presiden Tanzania John Magufuli marah-marah. Dia menyampaikan informasi yang cukup mengejutkan setelah menyebutkan ada sabotase di negaranya setelah buah pepaya dan kambing yang telah diuji dan hasilnya dinyatakan positif terinfeksi virus Corona COVID-19.

Magufuli menilai adanya sabotase dan dia akhirnya memerintahkan Menteri Konstitusi dan Hukum Mwigulu Nchemba yang baru saja dia lantik untuk melakukan penyelidikan. Magufuli menyampaikan jika dirinya kecewa dengan laboratorium rujukan nasional di negara itu yang menunjukkan analisis hasil tes alat ada yang positif Corona pada hewan dan buah-buahan.

“Kami memperhatikan bahwa mereka menghasilkan begitu banyak hasil positif dan saya meminta pejabat keamanan untuk pergi dan melakukan penyelidikan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Saya menduga itu bisa saja sabotase (untuk menyatakan banyak hasil positif karena ini adalah perang politik),” kata Magufuli pada Senin, 4 April 2020 sebagaimana diberitakan Al Jazeera.

Presiden Tanzania mencurigai alat-alat tes Corona yang mereka dapatkan dari bantuan luar negeri. Sampai-sampai kata dia buah pepaya pun bisa hasilnya positif Corona. Padahal menurut dia, hasil orang yang dites tidak seharusnya sebanyak itu yang positif. Magufuli memang tak menyebutkan jelas merek alat tes Corona yang dia kaitkan dengan sabotase tersebut.

Tak persis sama namun mirip kini terjadi di Bali, Indonesia. Ratusan warga di Banjar Serokadan, Desa Abuan, Bangli sempat diisolasi oleh Pemerintah Provinsi Bali setelah 443 orang dari 1.210 warganya dinyatakan reaktif terhadap rapid test atau tes cepat deteksi virus Corona COVID-19. Namun setelah mereka dites swab PCR yang notabene lebih valid dan akurat, 275 orang ternyata negatif. Sementara sisanya 139 orang menunggu hasil tes swab Corona.

Tes cepat warga di Banjar Serokadan itu diketahui menggunakan alat rapid test merek VivaDiag yang diimpor dari China oleh PT Kirana Jaya Lestari. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya menyebut, pihaknya membeli 4.000 unit alat rapid test itu belum lama ini. Namun kapan persisnya, dia berdalih tak ingat waktunya.

“Kalau itu bagian pengadaan yang tahu,” kata Suarjaya.

Dia mengklaim, alat itu baru digunakan di Banjar Serodakan. Namun karena ada perbedaan hasil yang sangat jauh dan melenceng maka penggunaan VivaDiag sementara dihentikan. Peredarannya juga sudah ditarik.

Dilanjutkannya, VivaDiag yang disebut ada dalam daftar resmi Gugus Tugas Corona COVID-19 itu kini sedang diselidiki oleh Kemnterian Kesehatan.

 

Sumber : viva.co.id

LEAVE A REPLY