Harga Tomat Melonjak di Palu

0
Sebutir tomat pasok 40 persen kebutuhan harian minimum vitamin C.

Pelita.Online, Palu – Harga buah tomat di pasaran Kota Palu, Sulawesi Tengah, dalam beberapa hari terakhir ini mengalami lonjakan tajam. Penyebabnya karena pasokan dari produsen berkurang.

Pantauan di Pasar Masomba Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa (22/1) harga tomat yang normalnya dijual Rp 5.000 per kg, kini naik hingga mencapai Rp 12 ribu per kg.

Menurut para pedagang kenaikan harga dikarena pasokan kurang dan juga harga di tingkat petani naik. Kebanyakan tomat yang dijual di pasar-pasar tradisional di Kota Palu didatangkan pedagang dari Dataran Napu, Kabupaten Poso.

Hasil panen petani di Dataran Napu selain dijual di Palu, juga dikirim keluar daerah seperti Manado, Gorontalo, dan Kalimantan. Di Sulteng, Nunung mengatakan, seorang pedagang, ada dua daerah penghasil sayur-mayur yakni Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Hanya saja, kata dia, petani di Kabupaten Sigi selama tiga bulan pascagempabumi 7,4 SR yang terjadi pada 28 September 2018 tidak mengola lahan. Karena selain mengalami likuefaksi, juga kesulitan air akibat irigasi rusak total diterjang gempa. “Ini yang mengakibatkan harga tomat di pasaran bergerak naik cukup tajam,” kata Nunung.

Meski pasokan berkurang, tetapi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di ibu kota Provinsi Sulteng itu.

Hal senada juga disampaikan Lisnawati, pedagang tomat di kawasan itu. Ia juga mengaku kenaikan harga tomat sudah berlangsung lebih sepekan ini.

Kenaikan itu dipicu pasokan yang berkurang dan permintaan yang meningkat. Di samping harga di tingkat petani juga naik. Harga tomat pada saat penen raya biasanya hanya berkisar Rp 1.000/kg.

Sulastri, seorang petani di Kabupaten Sigi mengatakan petani di sejumlah desa di daerah itu seperti di Sidera, Oloboju, dan Jono Oge, baru mulai kembali menggarap lahan pertanian setelah tiga bulan pascagempa diterlantarkan. Sekarang ini, kata dia, petani sudah mulai membajak lahan pertanian untuk ditanami komoditas jangka pendek yang tidak membutuhkan banyak air.

“Kalau menanam padi, tidak mungkin, sebab irigasi rusak total dan hingga kini belum juga diperbaiki oleh pemerintah,” kata dia.

Agar lahan pertanian bisa menghasilkan, maka petani memilih menanam produk pertanian jangka pendek seperti cabai, tomat, bawang dan sayuran lainnya.

Republika.co.id

LEAVE A REPLY