Industri Teh Dalam Negeri Tertekan Impor dan Penurunan Ekspor

0

Pelita.online – Asosiasi Teh Indonesia (ATI) menyatakan selama 10 tahun terakhir industri teh dalam negeri terpuruk. Ketua Dewan Pembina ATI Wahyu mengatakan keterpurukan tersebut disebabkan oleh banyak faktor.

Salah satunya, gempuran teh impor. Ia mengatakan saat ini banyak hotel bintang empat dan lima lebih banyak menggunakan atau menyajikan teh dari luar negeri terutama dari Pakistan dan Singapura.

“Yang di hotel bintang, yang disajikan itu bukan teh Indonesia. Padahal kalau dari sisi kualitas sama. Yang beda, harganya, mereka bisa 2 juta per kilogram, sementara kita punya teh hanya Rp50 ribu – Rp60 ribu per kilogram,” katanya seperti dikutip dari Antara, Jumat (18/10).

Selain itu, keterpurukan juga disebabkan oleh pelemahan ekspor teh.  “Sekitar 15 atau 20 tahun lalu, industri teh dalam negeri kondisinya masih bagus. Tapi 10 tahun terakhir, the Indonesia mengalami kelesuan yang nyata,” katanya.

Wahyu mengatakan pelemahan kinerja industri the dalam negeri tersebut telah membuat produksi teh petani lokal turun karena harganya ikut tertekan.

“Kondisi ini bukan hanya terjadi di perkebunan teh yang dikelola PTPN saja, tapi juga swasta, perkebunan rakyat. Ini sangat berat bagi kami,” katanya.

Ketua Umum ATI Dede Kusdiman menambahkan penurunan industri teh dalam negeri tersebut juga berdampak pada luas area dan produksi. Data yang dimilikinya, luas perkebunan teh di Indonesia saat ini hanya 119 hektare, turun dari sebelumnya yang masih mencapai 140 ribu hektare.

“Begitu pun dengan produksi tehnya, juga berkurang. Dulu kita itu di posisi ketiga di dunia sebagai penghasil teh. Tapi sekarang turun menjadi tujuh. Ekspor juga turun. Sekitar tujuh tahun terakhir kita bisa mengekspor 70 ribu ton, sekarang hanya 40 ribu saja,” katanya.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY