Ini Perbedaan Tim Sinkronisasi, Pakar, dan Pengarah Anies-Sandi

0
Anies-Sandi umumkan tim pengarah dan tim pakar / Sumber foto: Muhammad Fida Ul Haq/detikcom

JAKARTA, Pelita.Online – Gubernur dan wagub terpilih DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno hari ini mengumumkan rumah partisipasi yang terdiri tim pakar, tim pengarah, dan tim sinkronisasi. Meski tim sinkronisasi belum diumumkan, ini perbedaan 3 komponen yang ada dalam rumah partisipasi Anies-Sandi.

“Tim pakar mereka yang selama ini membantu menyusun program-program kita, yang menyusun 23 janji. Mereka lah yang berada di dapur yang menyediakan program-program kita,” ujar Anies di Jalan Borobudur No 2, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (8/5/2017).

Tim pengarah adalah mereka yang selama ini sudah bekerja memperjuangkan aspirasi dari berbagai kalangan. “Macam-macam aspirasinya. Ada yang berbentuk relawan, ada yang bentuk individu-individu yang peduli, nah semuanya ditampung lewat tim pengarah,” sebut Anies.

Tim sinkronisasi kemudian nantinya bertugas menerjemahkan aspirasi yang muncul dari warga serta janji yang sudah disusun untuk masuk ke dalam anggaran pembangunan daerah (APBD).

“Jadi nanti tim sinkronisasi itu outputnya adalah program untuk APBD, itu bedanya. Kalau yang tim pakar sama tim partisipasi itu yang penyerapan aspirasi. Yang kedua adalah hasil perencanaan program selama ini,” imbuhnya.

Anies menyebut jika orang yang ada di tim sinkronisasi bisa sama ataupun berbeda dengan orang yang berada di tim pengarah ataupun partisipasi. Tujuan dari ketiga komponen tersebut adalah menampung masukan dari warga.

“Jadi ada mulai dari urusan sampah, urusan kesehatan, sampai rencana untuk tempat-tempat kebudayaan kesenian. Jadi aspek yang dikelolanya akan banyak. Tapi timnya kecil nanti ada kelompok-kelompok kerjanya,” sebutnya.

Anies kemudian memberi contoh dari kerja masing-masing komponen tersebut. Dia mencontohkan program rumah dengan DP Rp 0 yang digodok oleh tim pakar.

“Saya beri contoh ya, kasus ini misalnya (rumah DP Rp 0) lalu tim sinkronisasi akan jadi Pokja kecil, namanya Pokja untuk DP Rp 0, di situ ada tim pakar, diundang juga pihak swasta, diundang BUMD, nah DP Rp 0 kita terjemahkan dalam bentuk actionable program,” jelasnya.

“Lalu keluar dalam outputnya tim sinkronisasi. Jadi bukan tim sinkronisasi yang bekerja, tim sinkronisasi hanya fasilitator saja. Jadi satu orang yang memegang tanggung jawab itu, dia akan membentuk tim Pokja, tim Pokjanya itu bekerja sampai keluar hasil, terus Pokjanya selesai,” sambungnya.

Anies mengatakan jika 1 pokok kerja (Pokja) tidak mesti diisi oleh satu orang. “Saya dulu ketika saya memimpin itu satu orang, saya memimpin 11 Pokja. Kan Pokja itu ad hoc, ad hoc ini kan kerjanya satu minggu abis itu selesai. Nggak harus satu orang satu Pokja,” pungkasnya.

DetikNews

LEAVE A REPLY