Kamala Harris, Wapres Perempuan Pertama dalam Sejarah Amerika

0
Former Vice President Joe Biden and Senator Kamala Harris speak on September 12, 2020, in Houston, Texas, after the third Democratic primary debate of the 2020 presidential campaign season hosted by ABC News in partnership with Univision at Texas Southern University in Houston, Texas. - Biden named Harris, a high-profile black senator from California, as his vice presidential choice on August 11, 2020, capping a months-long search for a Democratic partner to challenge President Donald Trump in November. (Photo by Robyn Beck / AFP)

Pelita.online – Senator Kamala Harris akan menjadi wakil presiden perempuan pertama dalam sejarah Amerika Serikat, setelah penghitungan suara memastikan dia dan calon presiden Joe Biden memenangi pemilihan, Sabtu (7/11/2020) siang waktu setempat.

Harris juga menjadi perempuan campuran Afrika-Asia pertama yang menduduki jabatan politik nomor dua paling penting di negara itu.

Saat ini dia merupakan senator mewakili California sejak 2017. Dia juga pernah menjabat sebagai jaksa agung di negara bagian tersebut, untuk menunjukkan bahwa Harris memang bukan orang sembarangan di jagat politik Amerika.

Ibunya, Shyamala Gopalan, lahir di Chennai, India, dan bermigrasi ke AS untuk mendapatkan gelar doktor di University of California, Berkeley. Ayahnya adalah seorang keturunan Jamaika.

Harris disebut-sebut sebagai sosok pengganti Barack Obama, yang juga menorehkan sejarah sebagai presiden kulit hitam pertama Amerika.

Seperti Obama, yang campuran kulit hitam dan kulit putih, riwayat keluarga ini memungkinkan Harris untuk berbaur ke berbagai kelompok identitas dan menggapai kantung-kantung suara yang lebih beragam.

“Saya sudah cukup lama mengenal Senator Kamala Harris. Dia lebih dari siap untuk menjalankan tugas ini [wakil presiden]. Dia menghabiskan karirnya untuk membela konstitusi dan orang-orang yang butuh keadilan. Ini hari yang baik untuk negara kita, dan mari kita menangkan,” tulis Obama di Twitter saat mendengar Harris dikonfrimasi sebagai pendamping Biden.

Kehadiran Harris seperti penawar melawan petahana Donald Trump yang mengusung retorika anti-imigran.

Harris bukan orang sembarangan, ditilik dari latar belakang ibunya. Kakeknya dari garis ibu adalah salah satu pejuang kemerdekaan India dan pernah menduduki jabatan setara menteri luar negeri.

Dia adalah mantan jaksa wilayah San Fransisco, jaksa agung negara bagian California dan kemudian terpilih sebagai senator dengan kepiawaiannya berorasi dan pemahamannya yang sangat mendalam soal hukum.

Harris adalah cawapres perempuan ketiga dalam sejarah AS, setelah Geraldine Ferraro (Partai Demokrat) pada 1984 dan Sarah Palin (Partai Republik) pada 2008.

Diremehkan
Tim kampanye Trump memberi Harris julukan “phony” atau kurang lebih “tukang pura-pura”, melengkapi julukan “sleepy Joe” pada Biden.

Mereka juga pernah berusaha mengadu domba Biden dan Harris: “Belum lama berselang, Kamala Harris menyebut Biden seorang rasialis dan menuntut permintaan maaf, yang tidak pernah diterimanya.”

Tuduhan itu merujuk pada debat internal Demokrat di Miami Juni tahun lalu antara Biden melawan Harris, yang sebelumnya juga berambisi jadi capres dari partai tersebut.

Sebetulnya dalam debat tersebut Harris tidak secara eksplisit menyebut Biden seorang rasialis, tetapi mengkritik Biden karena bekerja dengan dua senator yang dikenal segregationist atau orang yang anti dengan ras lain.

Solid
Harris menyebut bahwa dia dan Biden adalah paket yang sangat solid dan tidak bisa dipecah belah.

“Joe Biden bisa mempersatukan rakyat Amerika karena dia telah menjalani hidupnya dengan berjuang demi kita. Dan sebagai seorang presiden, dia akan membangun Amerika sesuai dengan idealisme kita,” kata Harris.

“Saya merasa terhormat bisa bergabung dengannya sebagai bakal calon wakil presiden dari partai kita, dan akan melakukan apa pun untuk menjadikannya panglima tertinggi kita.”

Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan penunjukan Harris merupakan “tonggak bersejarah dan membanggakan bagi negara kita”.

Mantan presiden Bill Clinton menyebutnya sebagai “pilihan yang luar biasa”.

Hal senada diucapkan istrinya, Hillary, yang pernah merasakan sendiri serangan-serangan pribadi dan di luar batas dalam kontestasi politik melawan Trump pada pilpres 2016.

“Saya sangat antusias menyambut Kamala Harris yang mendapat tiket bersejarah dari Demokrat,” kata Hillary.

“Dan saya tahu dia akan menjadi mitra yang sangat tangguh untuk Joe Biden,” imbuhnya.

Berani
Harris, 55, meroket di pentas politik Demokrat setelah dia ikut “menginterogasi” para pejabat publik kontroversial yang ditunjuk Trump, seperti mantan Jaksa Agung Federal Jeff Sessions dan Hakim Agung Brett Kavanaugh.

Harris juga dengan garang memojokkan dan tidak memberi kesempatan pada Jaksa Agung William Barr untuk bisa membela diri dalam dengar pendapat Kongres dan video adegan itu sangat viral.

Dia menginterogasi para petinggi hukum itu di rapat Kongres seperti menginterogasi terdakwa di ruang sidangnya di California dulu, dengan argumen-argumen yang sulit dibantah dan pilihan kata yang sangat lugas.

Trump bahkan masih menyimpan dendam pada Harris karena interogasi yang sangat berani dan keras pada Kavanaugh, yang pernah dituduh melakukan pelecehan seksual.

“Pendapat saya, dia adalah orang paling jahat, paling mengerikan, dan paling tidak hormat pada sesama di Senat AS,” kata Trump ketika itu.

“Saya tidak akan melupakan itu.”

Trump juga menuduh Harris akan memangkas belanja pertahanan AS menjadi sekecil mungkin dan menghapus jaminan kesehatan.

Selain itu, Trump mengingatkan bahwa Harris kalah dari Biden dalam nominasi capres internal Demokrat, walau pun kurang relevan karena faktanya dua orang itu justru bersatu dalam satu paket sekarang.

Sebagai pengusaha, pertarungan politik Trump masih minim, dan satu-satunya lawan yang pernah dihadapi juga seorang perempuan Demokrat, Hillary.

Baik pada Hillary dan Harris, Trump menggunakan istilah “nasty” atau “jahat” dalam konteks ini.

Uniknya, Trump dan putrinya Ivanka pernah menjadi donatur Harris saat dia mencalonkan diri sebagai jaksa agung California pada 2011 dan 2013.

Usia Harris yang relatif muda mengimbangi sosok renta Biden yang sudah berusia 77 tahun. Selain itu, Harris merupakan sosok berintegritas yang menyulitkan kubu Trump untuk membangun serangan.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY