Kedubes China Undang Warga Malaysia Lihat Langsung Uighur

0

Pelita.online – Kedutaan Besar China di Malaysia mengundang warga Kuala Lumpur untuk mengunjungi Provinsi Xinjiang. Hal tersebut untuk melawan kabar perlakuan Pemerintah China terhadap etnis minoritas Muslim Uighur.

“Saya dengan tulus menyambut semua teman-teman Malaysia, terutama teman-teman Muslim, untuk mengunjungi Xinjiang dan melihat Xinjiang yang indah, damai dan makmur dengan mata sendiri. Saya merasa menyesal dan marah dengan laporan yang terdistorsi dan tuduhan tak masuk akal yang membanjiri media sosial,” kata juru bicara kedutaan besar China, Tang Tang seperti dilansir dari The Star, Sabtu (28/12).

Menurut dia, masalah terkait di Xinjiang adalah urusan internal China.

“Ini bukan masalah hak asasi manusia, etnis atau agama, tetapi masalah anti-terorisme, anti-separatisme dan deradikalisasi. Pemerintah China melindungi kebebasan beragama bagi semua warga negara menurut hukum, termasuk minoritas Uighur,” kata Tang.

Sebelumnya pada Jumat (27/12), dua LSM Malaysia menyerahkan sebuah memorandum kepada kedutaan besar China terkait  isu Muslim Uighur tersebut.
Anggota Gerakan Pemuda Muslim Malaysia (Abim) dan Hizbut Tahrir berkumpul di luar kedutaan China.

Perwakilan mereka mencoba untuk menyerahkan memorandum itu, namun karena tidak ada perwakilan kedutaan yang bersedia untuk menerima, memo tersebut ditinggalkan di dalam kotak surat kedutaan.

Presiden Abim, Muhammad Faisal Abdul Aziz mengatakan  memorandum tersebut adalah yang kedua dikirim kelompok itu ke kedutaan terkait Uighur.
“Kami berharap pemerintah China akan mendengarkan suara-suara baik masyarakat Malaysia maupun internasional, untuk menghentikan penganiayaan terhadap Muslim Uighur dan semua agama minoritas lainnya di China,” kata dia.

Isu Uighur kembali mengemuka di Indonesia setelah laporan kelompok HAM internasional menuding China menahan sekitar satu juta etnis Uighur dalam sejumlah penampungan layaknya kamp konsentrasi di Xinjiang.

Isu ini belakangan semakin berembus kencang setelah sebuah laporan dari Wall Street Journal menyebut pemerintah China merayu ormas Islam di Indonesia agar bersikap lunak terkait isu Uighur.

Dalam artikel berjudul ‘How China Persuaded One Muslim Nation to Keep Silent on Xinjiang Camps’, WSJ memaparkan China menggelontorkan sejumlah donasi dan program beasiswa terhadap sejumlah ormas Islam RI seperti NU dan Muhammadiyah ketika isu Uighur mencuat sekitar akhir 2018 lalu.

China melalui kedubes di Jakarta disebut membiayai puluhan tokoh NU, Muhammadiyah, MUI, sejumlah wartawan, hingga akademisi Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang.

Usai serangkaian kunjungan ke Xinjiang, sejumlah ormas Islam RI dikatakan tak lagi nyaring dalam menyuarakan keprihatinan mereka terkait dugaan persekusi dan diskriminasi yang diterima etnis Uighur dari pemerintah China.

Sebelum “pendekatan” kedubes China berlangsung ormas-ormas itu disebut lantang menyuarakan dugaan persekusi yang diterima Uighur. Muhammadiyah, NU, dan MUI membantah seluruh tudingan WSJ itu.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY