Kisah Sukarno dan Soeharto Potong Rambut

0
Presiden Soeharto sedang mencukur rambut di rumahnya.

Pelita.Online – Apa pun yang dilakukan presiden pasti menarik perhatian. Tak hanya soal serius bahkan sampai soal sepele potong rambut pun pasti menjadi bahan pembicaraan.

Dan untuk membahasnya, ada baiknya mengingat kembali kisah dua mantan presiden yang sangat terkenal karena menjadi bahan kajian dan menjadi pemimpin bangsa di kurun berbeda, Orde Lama dan Orde Baru. Mereka itu adalah Sukarno dan Soeharto. Bagiamana kisahnya terkait dengan cara mereka merapikan diri dan menjaga penampilan rambutnya.

Yang pertama, tentu saja semua ingin tahu gaya penampulan dari ‘sang putra fajar’ Sukarno. Presiden ini sangat ‘dandy’. Dia sangat peduli atas penampilan dirinya, bahkan misalnya Sukarno membuat potongan (stylish) jas tersendiri.

Bahkan, saking pedulinya sama penampikan, ketika baru saja mendarat di pelabuhan Tanjung Priok usai dibebaskan dari pengasingan di Bengkulu, Sukarno malah lebih tertarik bertanya di mana penjahit baju dari seorang penjemputnya. Ia lebih tertarik kepada stelan baju dari pada hiruk pikuk suasana penyambutan. Selain itu Sukarno pun ketika menjabat presiden terkenal suka memakai kaca mata hitam merk Ray Ben yang jelas saat itu tak murah.

Dan terkait dengan potongan rambut Bung Karno (panggilan akrab Sukarno) ada cerita yang menarik. Ini tentu saja terjadi di masa muda Sukarno, bukan masa tua Sukarno yang sudah berambut tipis. Itu tepatnya, saat dia mendekam di penjara Sukamiskin Bandung pada tahun 1930-an. Kisah soal potongan rambut Sukarno saat itu ada dalam buku : ‘Di Bawah Bendera Revolusi’.

photo

Gaya potongan rambut Presiden Sukarno di masa muda, (wikipedia).

Dalam buku tersebut dikisahkan bila Sukarno begitu menjadi penghuni penjara Sukamiskin langsung harus mengganti pakaiannya dengan seragam narapidana yang berwarna biru. Dia masuk ke dalam penjara tanpa bisa membawa barang apa pun. Semua barangnya diambil sipir.

Tak hanya itu, rambut Sukarno yang saat itu agak agak gondrong dicukur habis. Layaknya orang pergi haji atau umrah, rambutnya di pangkas habis-habisan. Bahkan hampir gundur.

“Rambutku dipotong hampir menjadi gundul, “dimilimeter” dalam bahasa Belandanya. Siksaan ini makin terasa pedih ketika Sukarno juga harus bekerja seperti narapidana lainnya.

Dan yang paling menyiksa Sukarno lagi, kalau mandi penjaga mengharusan cukup dilakukan selama tak lebih dari enam menit. Keadaan ini tentu saja berdampak pada dirinya. Para sahabat dan aktivis politik yang menjenguknya menceritakan Sukarno selama di penjara Sukamiskin terlihat lebih kurus. Sukarno yang kala itu sudah terkenal dandy tak terlihat. Hanya sinar matanya masih terasa mengkilat.

Lalu bagaimana dengan Presiden penggantinya, yakni Soeharto. Semua tahu, di masa awal masa pemerintahannya Suharto memang menawan. Apalagi dalam foto keperesiden paling awal dengan memakai baju kenegaraan berselempang dengan warna kuning.

Saat itu publik baru ‘ngeh’ bila dia punya tampang lumayan ganteng. Penampilan ini makin seru ketika Soeharto tersenyum. Dia makin menarik dan pantas disebut ‘Smiling general’.

Namun, untuk menjaga penampilannya ternyata ia tak berlebihan. Jam tangannya buatan dalam negeri dan kerap dipamerkan pada berbagai orang yang menemuinya. Begitu juga pilihan bajunya, Soeharto tak pernah ribet, apa yang diberikan oleh protokol Istana dia memakainya.

Yang terakhir dia suka batik dan gaya pakain ini ditiru Nelson Mandela saat bertemu dengannya di Jakarta. Khusus kepada Nelson, Soeharti malah khusus kirim bingkisan batik. Dan Nelson memakai batik itu dalam kunjungan ke mana-mana.

Lalu apa kisah cara Soeharto mencukur rambut? Soal ini ternyata ada kisahnya tersendiri dan diceritakan oleh putri Sulung ‘Pak Harto’ (panggilan akrab Soeharto), Siti Hardiyanti Rukama atau Mbak Tutut. Dia mencerikan soal ini beberapa waktu silam.

Menurut Tutut, semenjak menetap di Jakarta setelah pindah tugas dari Bandung, Soeharto sudah punya tukang cukur langganan. Kala itu dia sudah menjabat sebagai Panglima Kostrad. Nama tukang cukur itu Pak Yos.

“Pak Yos itu tukang cukur yang mangkal di bawah pohon di jalan H Agus Salim (dekat rumah Pak Harto sebelum pindah ke Jl Cendana). Dia juga berkeliling naik sepeda,” ujar Tutut ketika bercerita sekitar bulan Juli 2018 silam. Tak hanya itu, Pak Yos tetap mencukur rambutnya meski Soeharto sudah menjadi presiden RI.

Namun sedikit berbeda dengan orang kebanyakan, saat sudah menjadi presiden Pak Yos diundang mencukur rambut Pak Harto di rumahnya di Jalan Cendana. Dan kala itu tentu saja banyak pihak yang menyarankan agar  Pak Yos diganti dengan tukang cukur lainnya yang lebih keren. Tapi Pak Harto tak peduli dan terus memakai jasa potong rambut dari Pak Yos.

“Katanya, masak presiden tukang cukurnya dari bawah pohon,” kata Tutut menirukan anjuran itu. Menurut Tutut, alasan ayahnya tak mau mengganti tukang cukur karena dia manusia dan juga warga negara Indonesia seperti dirinya.

Meski begitu, lanjut Tutut, memang ada sedikit penampilan ketika Pak Yos diminta mencukur Soeharto saat sudah menjadi presiden. Bedanya adalah bila dahulu saat mencukur rambut Pak Harto dia memakai pakain lengan pendek, kini Pak Yos diminta memakai pakain lengan panjang. Dan jasa Pak Yos dinikmati Pak Harto sampai dia meninggal pada tahun 1977.

Setelah Pak Yos meninggal posisinya diganti Umang yang merupakan tukang rambutnya ibu Tien. Dan Umang terus menjadi tukang potong setianya.

Dalam soal bercukur, lanjut Tutut,  ada potongan rambut Soeharto yang menjadi favorit. Hal itu adalah gaya rambut ikal Suharto yang berada di tengkuk. Setiap kali dicukur Soeharto acapkali keberatan gaya rambut ikalnya yang dibagian itu dipotong habis. Dan publik pun kemudian acapkali melihat potongan itu menjuntai. Pak Harto pun merasa potongan rambut dengan gaya itu pas baginya.

Nah, atas dua kisah itu di sini diketahui potongan rambut presiden itu soal serius dan akan menjadi perbincangan sejarah.

Republika.co.id

LEAVE A REPLY