Konser Paripurna ‘Love Poem’ IU di Jakarta dalam Empat Babak

0

Pelita.online

Penantian panjang para penggemar IU akhirnya terbayar lewat gelaran konser selama dua hari pada Sabtu-Minggu, 28-29 Desember di Tennis Indoor Senayan. IU menandai penampilan perdana di Indonesia sembari tur promosi album mini terbaru, “Love, Poem’.

Tak tanggung, penyanyi asal Korea Selatan itu langsung menyuguhkan penampilan selama lebih dari tiga jam dengan total hampir 30 lagu.

Konser yang dimulai tepat pukul 19.00 WIB itu dibagi dalam empat babak, yakni Love for Moments, Love for Message, Love for Meaning, serta Love for Miracle. IU membungkusnya dalam sebuah tema besar bertajuk ‘Love Poem in Jakarta.’

Konser dimulai sejak lampu Tennis Indoor Senayan meredup. Usai video perkenalan sekilas, IU muncul dari balik panggung dalam balutan gaun merah muda glitter dan rambut dikuncir kuda.

Penyanyi 26 tahun itu tampak manis saat membuka babak pertama dengan lagu unlucky. Sorak-sorai penonton menggema.

Hal menarik terjadi. Semua mata tertuju pada IU, tak ada yang sibuk dengan ponsel demi gambar atau video. Penyelenggara benar-benar menerapkan aturan itu dan menjalankannya sepanjang konser berlangsung.

Penonton duduk rapi dari kursi masing-masing. Tak ada penonton yang berdiri atau tangan menjulur menghalangi sesama penonton di belakangnya.

Para petugas dengan konsisten mengawasi dari tiap sudut, mencari yang nekat melanggar aturan. Satu-dua teguran datang dengan sopan, hingga kemudian membuat seluruh penonton anteng mengikuti konser. Hal ini jadi langka di tengah konser era digital.

Usai membuat penonton terbuai dengan unlucky, IU melanjutkan dengan lagu duet bersama G-Dragon, Palette. Kali ini, ia bernyanyi sambil duduk di meja belajar sembari menulis surat. Bagian rap milik GD, ia bawakan sendiri.

Cukup dengan dua lagu, IU kemudian menyapa langsung para penggemar. Dia bercerita tentang kegembiraan hari itu, mengomentari penonton yang didominasi kaum Hawa, hingga kisah komentar seorang penggemar yang membuat dia datang ke Indonesia.

Usai curhat, lampu kembali meredup dan IU membawakan lagu Autumn Morning tanpa iringan musik. Pada bagian akhir, IU meminta penonton untuk tenang dan diam membiarkan ia menyanyi seorang diri.

Setelah membuai penonton dengan suara syahdu, IU membawakan lagu Friday hanya dengan iringan gitar akustik dan berlanjut lewat nada dan irama jazz yang mengalun. Kala mendengar para penonton ikut berdendang, IU pun meminta mereka ikut bernyanyi.

“Semuanya jago nyanyi banget, tapi beneran kalian bernyanyi dengan bagus dan membuat saya senang. Dan nadanya semuanya pas,” puji IU yang langsung disambut teriak histeris penggemar sebelum menutup babak pertama dengan Secret Garden.

“Gokil” dan ‘Gagal Fokus’

Visual tanah kering bernuansa hitam putih kemudian membuka babak kedua, Love for Message. Kali ini, IU muncul dari sisi kiri panggung dengan busana yang lebih kasual. The Visitor jadi lagu pertama pada babak kedua yang hangat berkat cahaya oranye dan iringan gitar akustik ini.

Tak jauh berbeda dengan babak sebelumnya, warna lagu yang dibawakan beragam, dari tempo lambat hingga cepat. IU juga tak lupa mengajak penonton ikut berdendang dengan lagu-lagu seperti Jam Jam, Twenty Three, BBIBBI.

Celotehan menggemaskan pun jadi sajian yang tak terlupa. Pada babak ini, ia belajar menggunakan kosakata bahasa Indonesia seperti “hebat”, “gokil”, “mantap”, serta “mantul”.

Tawa penonton pecah saat IU berusaha keras menggunakan kosakata anak gaul tersebut. IU mengaku sempat khawatir bahwa kata-kata itu memiliki makna negatif, tapi dorongan dari penonton membuat ia yakin tetap menggunakan kosakata itu.

Sebagai penutup babak kedua, IU menyuguhkan lagu Blueming yang merupakan salah satu lagu yang paling dinanti. Selama IU bernyanyi, penggemar kompak mengenakan topeng wajah IU dengan handbanner berkalimat “jutaan mawar juga bermekaran di Jakarta” sebagai ‘balasan’ lirik lagu itu.

Masuk babak ketiga, IU seolah menyampaikan arti cinta yang tak bersyarat. Potret hubungan cinta ibu-anak serta pasangan hingga berusia lanjut mengiasi visual pembuka babak ini, sebelum IU muncul dengan gaun putih dan rambut dicepol dengan lagu Meaning of You.

IU coba menyampaikan makna lagu itu secara mendalam, sambil duduk termenung di anak tangga. Namun, sendu dalam lagu itu memudar begitu ia membahas tingkah penonton yang menggunakan topeng wajahnya.

Dia mengaku ‘gagal fokus’ selama bernyanyi karena merasa wajahnya seram dan terlihat sedang menertawakan dirinya.

“Ini lucu tapi agak serem juga ya. Saya merasa ribuan Jak-aenas [sebutan penggemar IU di Jakarta] menertawakan saya,” katanya sambil mengungkapkan bahwa momen ini akan terus ia kenang.

Dalam babak ini, IU juga membawakan lagu tema dari serial Hotel Del Luna yang ia bintangi. Ia membungkus lagu Lean on Me, A Poem Titled You, dan Can You See My Heart dengan medley disertai ragam gambar aksinya sebagai Man-wol.

IU pun menutup babak ketiga dengan Lullaby dan Through the Night yang sanggup membuat penonton diam seribu bahasa terpukau akan suaranya.

Akhir Dua Kali

Pada babak terakhir dengan tajuk Love for Miracle, IU membawakan sejumlah lagu andalan seperti dlwlrma, The Red Shoes, Above the Time, serta You&I.

Nuansa di babak ini lebih berwarna, mulai dari aksi energik saat The Red Shoes hingga teatrikal saat You&I. IU pun berpamitan dan menuntaskan konser empat babak selama dua jam itu dengan lagu ‘Love, Poem’.

“Jangan lupakan hari ini ya, aku pasti akan datang kembali,” katanya terbata-bata dalam bahasa Indonesia.

Namun konser belum benar-benar berakhir. Panggilan dari penonton sanggup membawa IU kembali ke panggung dan membawakan tujuh lagu yang dibagi dalam dua ‘encore’, seperti Good Day, Love Poem, Dear Name, Leon, Someday, Ending Scene, Heart.

“Bahagia bisa bersenang-senang dengan kalian di akhir tahun. Mungkin tahun depan ada hal menarik lain untuk dicapai,” ungkapnya seraya menambahkan dengan bahasa Indonesia.

“Terima kasih telah membuat konser terakhirku [pada 2019] terasa bahagia. Saya cinta kalian.” kata IU sembari melambaikan tangan.

IU tahu betul menyajikan penampilan lebih dari sekadar konser. Ia tahu bagaimana menyenangkan penggemarnya tanpa melupakan standar pertunjukan yang apik. Tiga jam ia bernyanyi dengan stabil, tapi interaksi dengan penggemar pun tak ia lupakan.

Segala konsep konser yang apik itu juga tak terganggu dengan aksi penggemar mengambil foto atau video. Penyelenggara patut diberi apresiasi dengan menegakkan peraturan dan ‘memaksa’ penonton untuk menikmati konser dengan nyaman dan seutuhnya.

Meski begitu, akan lebih baik bila ada sesi khusus untuk penggemar mengabadikan IU dalam bentuk gambar, agar kenangan dalam benak terabadikan secara paripurna.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY