Media: Pemerintah AS Sesatkan Opini Publik Soal Perang Afghanistan

0
Ilustrasi

Pelita.Online, Washington – Harian ternama Amerika Serikat, The New York Times, mengatakan bahwa para pejabat AS telah mengeluarkan “laporan menyesatkan” tentang kemajuan operasi militer AS di Afghanistan setelah 17 tahun perang. Koran tersebut mengesankan bahwa yang disebutkan para pejabat AS jauh berbeda dengan kondisi yang sebenarnya.

Surat kabar itu mengatakan, dalam laporan yang dipublikasikan Sabtu, 08/09/2018, dan dinukil Anadolu Agency sehari setelahnya, para pejabat AS mengklaim bahwa pemerintah Afghanistan menguasai 56 persen wilayah Afghanistan, meskipun kenyataannya hanya mengendalikan 29 persen dari negara itu.

Laporan itu juga mengatakan bahwa jumlah pasukan keamanan Afghanistan melebihi jumlah anggota “Taliban” dengan perbandingan 10:1. Namun fakta di lapangan yang digali New York Times menunjukkan fakta bahwa sepertiga dari total pasukan Afghanistan disersi namun nama-nama mereka tidak dihapus dari daftar tentara penerima gaji.

Menurut catatan Departemen Pertahanan AS, dua ribu tentara lokal dan 216 tentara AS tewas dalam operasi militer AS di Afghanistan, yang disebut “Operasi Enduring Freedom.”

Pusat Studi Strategis dan Internasional juga memperkirakan bahwa Amerika Serikat telah menghabiskan kurang dari $841 miliar di Afghanistan sejak tahun 2001.

Namun, bahkan setelah menghabiskan semua uang dan mengerahkan upaya penuh untuk memerangi Taliban, para analis militer mengatakan bahwa gerakan jihadis tersebut masih mengontrol mayoritas Afghanistan.

Dalam kontek ini, New York Times menunjukkan bahwa perang yang menelan biaya miliaran dolar itu saat ini “menjadi lebih mahal daripada Marshall Plan untuk merekonstruksi Eropa setelah Perang Dunia II.”

“Investasi ini (dalam perang) memberi tekanan besar pada Amerika, untuk menunjukkan bahwa Taliban kalah dan bahwa negara (Afghanistan) menjadi lebih baik,” tulis New York Times.

Amerika Serikat tidak hanya menyesatkan opini publik tentang situasi perang di Afghanistan, tetapi juga tentang kondisi kehidupan di negara itu.

Menurut laporan New York Times, pemerintah AS mengumumkan pada 2010 bahwa harapan hidup rata-rata warga Afghanistan adalah 63 tahun.

Namun, pada tahun 2009, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa usia rata-rata orang Afghanistan adalah 48 tahun, dengan angka kematian tinggi di awal masa kanak-kanak.

Dalam hal ini, perkiraan CIA juga berbeda dengan harapan pemerintah karena memperkirakan usia rata-rata orang Afghanistan menjadi 51 tahun.

Laporan ini juga menunjukkan bahwa Amerika Serikat membantah bahwa “Taliban” telah merebut sebentar ibukota provinsi Ghazni, timur laut Afghanistan, bulan lalu. Akan tetapi kenyataannya, Taliban telah mengepung kota itu selama enam hari dan berhasil menduduki sejumlah gedung pemerinahan daerah meski hanya sebentar.

New York Times melanjutkan, pasukan Afghanistan kembali mengendalikan Ghazni setelah 6 hari menderita kehilangan kekuatan 200 petugas polisi dan tentara yang tewas dalam bentrokan dengan militan “Taliban.”

Kiblat.net

LEAVE A REPLY