Mendikbud Pastikan Pendidikan Sejarah Tidak Dihapus dari Kurikulum

0

Pelita.online – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sedang mengkaji rencana penyederhanaan kurikulum pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Beredar informasi, dalam kajian tersebut, salah satunya adalah rencana penghapusan mata pelajaran (mapel) Sejarah di jenjang SMA dan SMK. Namun, kabar itu dibantah oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.

Ia mengatakan, pihaknya sama sekali tidak berniat untuk menghapus pendidikan Sejarah dari kurikulum nasional.

“Saya ingin mengklarifikasi beberapa hal karena saya terkejut dengan betapa cepat informasi tidak benar menyebar mengenai isu mapel Sejarah. Saya ingin mengucapkan sekali lagi bahwa tidak ada sama sekali kebijakan, regulasi, atau perencanaan penghapusan mata pelajaran Sejarah di kurikulum nasional,” kata Nadiem dalam klarifikasinya melalui video, Minggu (20/9/2020).

Nadiem menambahkan, isu penghapusan mapel Sejarah mencuat karena adanya presentasi internal yang keluar ke masyarakat dengan salah satu permutasi penyederhanaan kurikulum. Menurut Nadiem, untuk penyederhanaan kurikulum, Kemdikbud memiliki banyak versi yang sedang digodok dan dilakukan uji publik. Kendati demikian, belum tentu semua ide tersebut menjadi keputusan final

“Belum tentu ide itu yang menjadi final. Inilah namanya pengkajian yang benar, di mana berbagai macam opsi diperdebatkan secara terbuka,” ucapnya.

Nadiem menyebutkan, penyederhanaan kurikulum tidak akan dilakukan sampai tahun 2022. Pasalnya, pada 2021 akan dilakukan berbagai macam prototyping di Sekolah Penggerak yang terpilih dan bukan dalam skala nasional. Oleh karena itu, Nadiem menegaskan, tidak ada kebijakan apa pun yang akan keluar pada 2021 dalam skala kurikulum nasional, apalagi penghapusan mapel Sejarah.

Selanjutnya, Nadiem mengaku terkejut ketika komitmennya terhadap sejarah bangsa dipertanyakan publik.

“Yang buat saya mengejutkan adalah komitmen saya terhadap sejarah kebangsaan kita dipertanyakan, padahal misi saya adalah untuk memajukan pendidikan sejarah agar kembali relevan dan menarik bagi anak-anak kita,” ucap Nadiem.

Ia menyebutkan, kakeknya adalah salah satu tokoh perjuangan dalam kemerdekaan Indonesia. Selain itu, kedua orangtuanya adalah aktivis nasional untuk membela hak asasi rakyat Indonesia dan berjuang melawan korupsi.

“Anak-anak saya tidak mengetahui bagaimana melangkah ke masa depan tanpa mengetahui dari mana mereka datang. Misi saya sebagai Menteri malah kebalikan dari isu yang timbul. Saya ingin menjadikan sejarah menjadi suatu hal yang relevan untuk generasi muda dengan penggunaan media yang menarik dan relevan untuk generasi baru kita agar bisa menginspirasi mereka. Identitas generasi baru yang nasionalis hanya bisa terbentuk dari suatu collective memory yang membanggakan dan menginspirasi,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemdikbud, Totok Suprayitno mengatakan, penyederhanaan kurikulum masih berada dalam tahapan awal karena membutuhkan proses dan pembahasan yang panjang.

“Penggodokan penyederhanaan kurikulum dilakukan dengan prinsip kehati-hatian serta akan melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan, mulai dari proses perencanaan,” ucapnya.

Untuk itu, Totok menegaskan, isu pelajaran sejarah akan keluar dari kurikulum tidak benar. Pelajaran Sejarah tetap akan diajarkan dan diterapkan di setiap generasi. Apalagi Kemdikbud mengutamakan sejarah sebagai bagian penting dari keragaman dan kemajemukan serta perjalanan hidup bangsa Indonesia, pada saat ini dan yang akan datang.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY