Menguak motif Dodik, si pendiam yang menghina Ibu Negara

0

Jakarta, Pelita.Online – Aparat Polrestabes Bandung meringkus pelaku penghinaan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, di rumahnya di Jalan Jepang, Alang-alang Lebar, Palembang, Senin (11/9) malam. Pelaku Dodik Ikhwanto (21) diketahui merupakan mahasiswa Politeknik Sriwijaya (Polsri) Palembang. Polisi masih mengembangkan kasus ini, termasuk mengusut keterlibatan pelaku dengan jaringan penebar konten kebencian dan SARA, Saracen.

Ulah Dodik dengan menggunakan akun @warga_biasa di media sosial Instagram membuat geram para warganet. Dia membuat postingan yang memuat gambar Iriana yang memakai jilbab berwarna putih, dengan menambahkan kata-kata yang tak pantas. Postingan itu pun dilaporkan ke polisi dan ditelusuri tim siber.

Kapolda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto dalam jumpa pers di Mapolrestabes Bandung, Selasa (12/9) petang menjelaskan, motif Dodik membuat posting penghinaan terhadap Iriana karena dia tidak suka dengan pemerintahan Presiden Jokowi saat ini.

“Dia mengaku memosting dengan motivasi tidak suka dengan pemerintahan sekarang. Tapi masih didalami ketidaksukaannya itu,” kata Agung.

Menurut Kapolda, jejak Dodik terendus karena kerap chatting dengan seorang perempuan berinisial DW asal Bandung. DW yang sebelumnya diperiksa mengakui, mengenal pemilik akun @warga_biasa. Akhirnya jajaran kepolisian langsung melakukan pengejaran terhadap Dodik. Jejaknya berada di Kota Palembang.

“Bahwa yang membuat postingan tersebut adalah DI yang ada di Palembang,” terangnya.

Apakah Dodik memiliki keterlibatan dengan jaringan Saracen yang saat sedang diselidiki kepolisian, Agung menjelaskan, “Soal Saracen ini kita masih harus didalami kembali,” tukasnya.

Sementara itu Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Yoris Maulana mengungkapkan, saat penangkapan Dodik, polisi menemukan bendera berlogo ormas yang telah dibubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Polisi masih menelusuri apa kaitan pelaku dengan HTI termasuk kemungkinan dia sebagai anggota HTI.

“Ini kita masih dalami apakah memang masuk dalam kelompok tertentu atau tidak. Sekarang fokus kita hanya pada postingan (ujaran kebencian),” ujar Yoris.

Barang bukti bendera HTI itu digelar saat polisi melakukan rilis kasus di Mapolrestabes Bandung. Bendera itu diamankan dari rumah Dodik. Yoris menjelaskan, bendera tersebut sempat dikirimkan ke temannya di Kota Bandung dengan inisial DW. Bendera HTI dikirim karena temannya suka dengan bendera yang dikoleksinya itu.

“‎Bendera HTI ini ada di Bandung karena saat chatting dan video call, DW ini melihat bendera tersebut. Karena perempuan ini senang akhirnya dikirim,” imbuhnya.

Bagaimana keseharian Dodik selama ini? Ketua RT setempat, Anas Effendi mengungkapkan, Dodik dikenal pemuda pendiam dan aktif salat di masjid. Dia juga sering azan tanpa diminta pengurus masjid. “Anaknya baik, ngobrol jarang, memang agak pendiam. Tapi suka azan, pokoknya ke masjid terus,” ungkap Anas kepada merdeka.com, Selasa (12/9).

Menurut dia, keluarga Dodik juga terbilang taat ibadah. Bahkan, kata dia, ayah Dodik, Juremi, merupakan ketua pengurus masjid dan imam. “Makanya kami tidak menyangka Dodik ditangkap karena menghina istri presiden. Kasihan keluarganya, orang baik-baik semua,” ujarnya.

Anas menambahkan Dodik adalah putra bungsu dari empat bersaudara. Kakak pertamanya adalah anggota polisi yang berdinas di salah satu polres di Palembang. “Cuma Dodik yang belum kerja, kakaknya polisi tapi bintara,” pungkasnya.

Merdeka.com

LEAVE A REPLY