Pascakudeta, Diplomat Myanmar di AS Minta Suaka

0
Soldiers keep watch at a guesthouse, where the members of parliament reside, in the country's capital Naypyidaw on February 2, 2021, as the party of Myanmar's toppled leader Aung San Suu Kyi demanded her immediate release after a military coup that triggered international condemnation and sanctions threats from the new US president. (Photo by STR / AFP)

pelita.online-Seorang diplomat kunci di kedutaan Myanmar di Washington mencari suaka di Amerika Serikat (AS) sebagai protes atas kudeta militer di tanah airnya. Pada Kamis (4/2), Maung Maung Latt, sekretaris pertama di kedutaan, menyampaikan permintaan itu.

“Saya memutuskan untuk mencari suaka di negara ini karena saya tidak dapat menerima pengambilalihan kekuasaan secara tidak sah oleh militer. Benar-benar ketidakadilan yang saya tidak tahan dan saya juga prihatin terutama untuk masa depan generasi muda negara kami,” ujarnya.

“Karena Presiden Joe Biden memberi prioritas pada hak asasi manusia, saya berharap mereka akan memberi saya suaka, meskipun tidak ada tanggapan segera dari pemerintah AS,” ujarnya

Maung Maung Latt mengaku prihatin tentang keselamatan jiwanya. Utusan Myanmar itu mengatakan bahwa di antara diplomat Myanmar di seluruh dunia, ada yang menyambut kudeta dan ada yang tidak menyambutnya.

Namun Maung Maung Latt mendesak sesama diplomat untuk bergabung dalam pembangkangan sipil melawan militer. Dia mengatakan pengambilalihan militer akan menyebabkan kerusakan serius dan bencana yang tak terpikirkan bagi negara.

Menurut dia, kelak pejabat sipil berpangkat tinggi akan digantikan oleh perwira militer. Sebelum ditempatkan di Washington, Maung Maung Latt pernah bertugas di kedutaan negara di Malaysia, Pakistan, Filipina dan Thailand. Dia dijadwalkan kembali ke Myanmar pada bulan depan dan menjalani pensiun.

Militer Myanmar, Tatmadaw, merebut kekuasaan hari Senin, mengumumkan keadaan darurat selama setahun dan menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan Presiden U Win Myint.

Kudeta itu terjadi setelah beberapa hari ketegangan antara militer dan Liga Nasional untuk Demokrasi yang berkuasa, yang memenangkan pemilihan November. Tatmadaw telah menolak untuk menerima hasil tersebut, dengan tuduhan penipuan pemilu besar-besaran.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY