Perang Topat, ‘Perang’ Pemersatu Islam dan Hindu di Lombok

0

Pelita.online – Bila mendengar kata perang, tentu yang terlintas kesan menyeramkan. Namun Perang Topat yang digelar di Kompleks Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), justru jauh dari kesan seram, sebaliknya rasa damai muncul setelah “perang” digelar.

Ratusan peserta Perang Topat antara umat Islam dan Hindu serta suku Sasak dan Bali hadir berbaur menjadi satu.

Mereka datang untuk menghadiri tradisi masyarakat Lombok Barat yang sudah berlangsung ratusan tahun. Perang ini berupa saling melempar ketupat satu sama lain.

Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid saat puncak Perang Topat, Rabu (11/12) menjelaskan Perang Topat bukan merupakan perang sungguhan, melainkan sebuah tradisi masyarakat Lombok Barat yang sudah berlangsung ratusan tahun.

Ia mengatakan, tradisi ini melambangkan kedamaian masyarakat Lombok Barat saat mempraktekkan hidup dalam keberagaman.

Warga yang memeluk agama Islam dan Hindu menyatu tanpa ada gesekan dan konfrontasi hingga sekarang.

“Rangkaian kegiatan Perang Topat adalah salah satu bukti kehidupan keberagamaan, yang didasari oleh kebersamaan serta nilai-nilai sepenanggungan. Ini sangat hidup di Kabupaten Lombok Barat,” kata Fauzan.

Perang Topat, 'Perang' Pemersatu Islam dan Hindu di Lombok(Dok. Kemenparekraf)

Menurut Fauzan, gambaran keharmonisan umat beragama tersebut bisa disaksikan sebelum puncak Perang Topat dimulai dengan ritual mengarak kerbau.

Tokoh agama dari perwakilan umat Muslim dan Hindu bersama-sama memegang tali kerbau saat mengarak keliling taman Pura Lingsar.

“Kerbau merupakan simbol penghormatan kepada umat Islam dan Hindu. Alangkah indahnya kenyataan yang dibungkus dengan kesadaran total bahwa kita semua makhluk Allah SWT, guna merajut persaudaraan dan perdamaian. Jadi filosofi Perang Topat yakni mempertahankan tradisi menjaga toleransi,” pungkasnya.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY