Pilih Dapil Papua karena Hubungan Emosional Dengan masyarakat Papua

0

Pelita.Online, JAYAPURA- Siapa tak kenal Hutomo Mandala Putra? Pria kelahiran 15 Juli 1962 ini tidak lain merupakan putra kelima dari Presiden RI ke-2, HM. Soeharto. Akrab dengan panggilan Tommy Soeharto, Ketua Umum Partai Berkarya ini memang sudah berkecimpung lama di dunia politik. Menariknya, kini ia hadir dengan Partai Berkarya yang ia pimpin.

Hal ini tentu tidak lepas dari pada perhelatan Pemilihan Umum 2019 yang akan datang, Partai Berkarya hadir memberikan nuansa segar dalam pertarungan politik, khususnya bagi para politisi untuk menempati kursi-kursi Dewan Perwakilan Rakyat, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun DPR RI.

Tommy Soeharto di sisi lain pun mencalonkan diri untuk duduk di DPR RI dengan memilih Provinsi Papua sebagai daerah pemilihan (dapil). Hal ini lantas menimbulkan segudang pertanyaan, bukan hanya secara nasional, melainkan khususnya bagi masyarakat Papua sendiri.

Diwawancarai eksklusif Cenderawasih Pos, Tommy mengakui bahwa dirinya memilih Papua sebagai Dapil tidak lepas dari pada hubungan emosional dengan masyarakat Papua. Terlebih khusus secara historis, Ayahnya, Mayjen Soeharto, yang kala itu merupakan Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat (sekarang Papua, red) saat Tommy tengah dikandung Ibundanya, Siti Hartinah, atau yang biasa dipanggil Ibu Tien Soeharto. Bahkan, nama tengah Tommy sendiri ialah Mandala, yang mana diambil Soeharto dari Operasi Mandala di Papua Barat tersebut.

  “ Tentunya hal tersebut merupakan histori yang tidak bisa dilupakan semua orang. Namun, apa artinya histori tanpa perbaikan bagi rakyat Papua. Rakyat Papua yang dulu berjuang terbebas dari penjajahan Belanda karena ingin merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Kalau kemudian setelah sekian puluh tahun tidak ada hasil lebih baik bagi rakyat Papua dibanding dengan saudara-saudara kita di provinsi lain, tentunya ini ada kesalahan sistem pada pemerintahan,” ungkap Tommy Soeharto kepada Cenderawasih Pos, Jumat (7/9) kemarin.

Berdasarkan visi “Terwujudnya kehidupan bangsa Indonesia yang bertaqwa, aman, adil, dan berdaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah NKRI,” tak tanggung-tanggung terdapat 10 misi ditarget Partai Berkarya, diantaranya; menjaga keutuhan NKRI, mewujudkan Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, memerangi dan membasmi korupsi, menegakkan supremasi hukum dan HAM, membangun karakter bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, melahirkan pemimpin yang jujur, melakukan rekonsiliasi nasional, membangun Sumber Daya Manusia (SDM), yang berakhlak mulia dan mengembangkan otonomi daerah untuk lebih memacu percepatan pembangunan.

  “ Penduduk di Papua itu memang tidak lebih banyak dari (jumlah) penduduk di Jakarta. Namun secara luas wilayah, Papua lebih besar Pulau Jawa. Demikian, ini bukan hanya tantangan besar, melainkan pula peluang yang mesti ditonjolkan. Seperti halnya dalam pembangunan infrastruktur, dari Jayapura ke Wamena masih sulit dengan kendaraan. Jikalau pembangunan jalan telah dibuat hingga ke kaki gunung, maka ke perkampungan masyarakat di atas kaki gunung itu harusnya bisa menggunakan kereta gantung,” tambahnya.

   Jikalau kemudian persoalan kereta gantung ini ialah energi listrik, maka sudah semestinya, dengan banyaknya sungai, pembangkit listrik tenaga air itu harus optimal dikembangkan, sehingga Papua bisa maju, bukan malah mengandalkan program pengadaan genset dan diesel yang tidak bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

  Menyangkut strategi meraup suara di Papua, ekonomi kerakyatanlah yang akan ditonjolkan. Kata Tommy, dirinya bukan memberikan janji, melainkan memberikan bukti. Karena banyak orang memberikan janji, tapi tidak bisa memberi bukti, bahkan sampai bertahun-tahun. “Makanya, kami akan memberikan bukti yang akan kita canangkan sesegera mungkin, sehingga hal ini dijadikan contoh nyata, bahwa  misalnya daging yang mahal itu bisa murah kalau dikelola dengan baik. Bukan apa, sebab, daging babi di sini (Papua) bisa mencapai Rp 40 juta sampai Rp 50 juta per ekornya. Ini kan lebih mahal dari pada sapi, sehingga tidak masuk akal.  Tidak ada pula upaya untuk menekan cost tersebut, padahal ini satu hal yang mudah. Ini lah yang kami akan buktikan,” jelasnya.

  Jikalau dikehendaki masyarakat Papua untuk duduk di lembaga legislatif, Tommy menyakinkan bahwa bukan hanya ekonomi kerakyatan yang ia kembangkan, melainkan pula di sektor lainnya, diantaranya infrastruktur, listrik, air dan jalan. Terutama jalan sebagai sarana transportasi antar lokasi yang efisien.

  “ Kota Jayapura saja baru mampu menjangkau tiga kabupaten menggunakan jalan darat. Selebihnya menggunakan pesawat, yang mana biayanya itu mahal, dan BBMnya pun mahal. Mungkin beberapa orang boleh menggunakan pesawat. Namun, kalau untuk transportasi hasil produksi pertanian maupun peternakan masyarakat menggunakan pesawat, tentunya tidak bisa karena terlalu mahal,” tambahnya lagi.

  Dalam rangkaian kunjungannya ke Papua, Tommy Soeharto diagendakan bertolak ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, hari ini. Selanjutnya, ia akan mengunjungi Lanny Jaya, dan seterusnya Merauke. Pada kesempatan berikutnya, ia juga siap menyempatkan diri mengunjungi kabupaten-kabupaten di wilayah pesisir Papua.

Cendrawasih Post.

LEAVE A REPLY