Potret Bangsa

0

Jakarta, Pelitaonline.id – Kita baru saja merayakan hari kebangkitan nasional pada tanggal 20 Mei kemarin. Disaat seperti itu, selayaknya kita dapat merenungi kondisi kita saat ini. Melakukan inrospeksi , bahkan otokritik.  Sejauh apa kita telah menapaki tujuan buat apa negara ini didirikan.

Didalam kehidupan sehari hari masa kini, berkat perkembangan tekhnologi, kita sudah terbiasa melakukan “ selfi”.   Ramai – ramai “ selfi” adalah gambaran keseharian kita. Sebagai bangsa, mengapa kita tidak membiasakan “ selfi’ ? Disaat hari kebangkitan nasional, ada baiknya kita memoterat kondisi bangsa ini.    Potret bangsa itu, mungkin akan sangat bermanfaat bagi tumbuhnya kesadaran kita terhadap kondisi bangsa ini.  Mengapa kita memiliki potret seperti sekarang ?  Potret itu mungkin akan sangat berharga untuk bahan  melakukan introspeksi atau otokritik.

Berkat perkembangan tekhnologi, warna – warni berita dapat kita akses dalam waktu yang dekat dan bahkan bersamaan dari berbagai media apa saja. Sebagian kita, mungkin sangat prihatin dengan maraknya  narkoba, sehinggga kondisi sekarang sudah dikatakan sebagai darurat narkoba.  Sebagian lagi prihatin dengan maraknya pelecehan seksual, apalagi terhadap anak – anak, sehingga kejahatan itu dikatakan sebagai kejahatan luar biasa.    Selayaknya diatasi dengan luar biasa juga. Untuk itu diperlukan terbitnya perundangan baru yang memadai, termasuk hukumnan mati dan di kebiri.  Potret lain, kita perlu mengapresiasi upaya KPK memberantas mafia hukum.  Sementara dibidang ekonomi, kita mencatat upaya yang sungguh – sungguh pemerintah mengatasi  target – target ekonomi yang masih dibawah target. Penerimaan pajak yang menurun, utang negara yang terpaksa meningkat  dan ketergantungan  perekonomian kita kepada asing.  Panganpun, sebagian besar masih kita impor.  Belum lagi keruwetan lalu – lintas yang telah menyesakkan  dada kita semua. Ditambah banjir , bencana alam dan kebakaran hutan, yang mungkin masih mengancam.

Potret bangsa seperti itu,  sudah  selayaknya dapat kita perbaiki bersama. Sebab, tujuan buat apa kita bernegara adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Tidak sembarang kesejahteraan, tetapi kesejahteraan yang berkeadilan sosial.  Kalau koefiseinsi Gini semakin meningkat, kondisi itu bukanlah kesejahteraan yang kita impikan.  Kesenjangan sosial, perbedan kaya – miskin,  selaykanya semakin mengecil.  Kalau semakin menganga, tentunya menimbulkan pertanyaan, apa yang salah ?

Dengan memotret bangsa, pada dasarnaya adalah memotrtet diri sendiri. memotret peran kita masing – masing, untuk dapat berperan didalam mewujudkan cita – cita buat apa kita bernegara, sesuai denga keberadaan kitamasing – masing.    Sebab, negara kita ini, Indonesia, adalah milik kita bersama. Tidak perlu menyalahkan orang lain. Sebab, filosofi kita adalah gotong – royong.  Apapun wujud potret kita adalah tanggung jawab bersama.  Didalam potret perpolitikan kita, sebenarnya kita tidak mengenal “oposisi”, sebagaimana di sistem politik dinegara  demokrasi lainnya.  Karena itu, adalah keliru, ketika kita membedakan partai pendukung pemerintah an partai opososi.  Sebab, keduanya , mestinya harus saling mengisi.

Meskipun demikian, kita juga menyadari, potret yang kita cita – citakan itu tidak sekali jadi. Kalau hari ini potret kita masih buruk, belum sesuai dengan yang kita harapkan, mudah – mudahan potret di esok hari akan lebih baik.  Kalau tidak, kita menjadi bangsa yang merugi.(Sulastomo/san)

LEAVE A REPLY