Ribuan Warga AS Unjuk Rasa Menolak Tetap di Rumah, Ada yang Bawa Senjata Api

0

Pelita.online – Aturan pembatasan atau lockdown yang mengharuskan warga Amerika Serikat tetap di rumah terkait wabah virus corona memicu unjuk rasa ribuan orang di beberapa negara bagian sepanjang pekan ini, salah satunya di Michigan.

Ribuan orang turun ke jalan di Kota Lansing, Rabu (15/4/2020), menentang aturan tetap di rumah. Bahkan ada di antara mereka yang membawa senjata api.

Unjuk rasa tersebut sejauh ini merupakan yang terbesar dibandingkan protes serupa di Virginia pada Kamis (16/4/2020).

Michigan mengonfirmasi 1.900 kasus kematian akibat virus corona hingga Kamis atau terbesar ketiga di AS.

Sekitar 3.000 orang menentang pemberlakuan aturan tetap di rumah yang ditetapkan Gubernur Gretchen Whitmer, seorang politikus Partai Demokrat.

Unjuk rasa yang dinamakan ‘Operasi Kemacetan’ itu diadakan oleh gabungan kelompok sayap kanan yang menyebut diri mereka ‘Warga Michigan Menentang Karantina Berlebihan’.

Seperti titel unjuk rasa, aksi protes ini menyebabkan kemacetan total di sekitar pusat pemerintahan ibu kota negara bagian itu.

Di antara organisasi yang mendukung unjuk rasa adalah Koalisi Konservatif Michigan, Organisasi Kebebasan Michigan, dan anggota milisi Michigan yang turut membawa senjata api. Hanya saja senjata api tak digunakan selama protes.

‘Kami Ingin Bekerja’ dan ‘Akhiri Lockdown’ demikian tulisan spanduk yang dibawa massa.

Ada pula yang membandingkan Gubernur Whitmer dengan pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler.

Whitmer memberlakukan perintah tetap di rumah sejak 24 Maret lalu memperpanjang arahan ‘Tetap di Rumah, Tetap Aman’ sampai 30 April.

Akibat keputusannya itu, Whitmer dituntut dengan setidaknya dua tuduhan, salah satunya pelanggaran konstitusi.

Selama periode tersebut, seluruh industri yang dianggap tidak penting, seperti otomotif, harus tutup. Hanya bisnis yang berkenaan dengan kelangsungan hidup yang boleh buka, seperti toko bahan pokok.

Sementara itu Whitmer mengaku tak ambil pusing dengan tuntutan pengunjuk rasa. Menurut dia, unjuk rasa tersebut lebih bermuatan politik.

“Tidak apa-apa marah. Jika itu membuat Anda merasa lebih baik untuk melampiaskannya kepada saya, tidak apa-apa. Saya punya kulit yangt tebal,” kata gubernur, kepada CNN.

Dia juga tak akan melarang unjuk rasa karena hal itu bagian dari kebebasan menyampaikan pendapat.

Whitmer memaklumi warga akan marah karena terkurung di rumah, khawatir kehilangan pekerjaan, tak bisa membayar tagihan, atau gagal dalam bisnis. Namun dia lebih mengkhawatirkan aksi mereka itu justru semakin memperluas penyebaran wabah Covid-19.

“Sebagian kecil negara bagian melakukan unjuk rasa dan itu hak mereka.
Tapi bagian yang menyedihkan adalah semakin banyak mereka keluar, semakin besar pula kemungkinan menyebarkan COVID-19,” ujarnya.

 

Sumber : iNews.id

LEAVE A REPLY