Setelah Diterjang Tsunami, Tonga Giliran Harus Lockdown akibat Covid-19

0

Pelita.Online – Tonga akan memasuki situasi lockdown akibat Covid-19 pada Rabu (2/2/2022) ini. Hal ini terjadi setelah virus corona terdeteksi di negara kecil dekat Selandia Baru itu. Kebijakan lockdown ini diberlakukan saat Tonga tengah berjuang untuk pulih dari letusan gunung berapi bawah laut yang menghancurkan wilayah itu pada Januari lalu.

Tonga sempat bebas virus corona cukup lama. Tetapi, Perdana Menteri Tonga Siaosi Sovaleni mengatakan dua pria telah ditemukan positif Covid-19 pada pekan ini di Nuku’alofa. Dikutip dari AFP, Rabu, dia mengatakan orang-orang itu telah bekerja di pelabuhan ibu kota, di mana bantuan kemanusiaan telah mengalir dari seluruh dunia sejak letusan gunung berapi pada 15 Januari 2022. Dalam pidato nasional pada Selasa (1/2/2022) malam, Sovaleni mengatakan Tonga akan memasuki kebijakan lockdown mulai Rabu pukul 18.00 waktu setempat, dengan situasi ditinjau setiap 48 jam. Ledakan vulkanik yang terjadi di dekat Tonga menjadi salah satu yang terbesar yang tercatat dalam beberapa dekade terakhir. Ledakan gunung berapi itu menghasilkan gelombang tsunami besar dan menyelimuti negara pulau itu dengan abu beracun, dan telah merenggut tiga nyawa. Tonga menutup perbatasannya pada awal 2020 saat pandemi virus corona melanda dunia.

Sejak itu, negara berpenduduk 100.000 itu hanya mencatat satu kasus Covid-19, yakni pada seorang pria yang kembali dari Selandia Baru pada Oktober 2021. Sejak itu, kondisi Tonga pulih sepenuhnya, tidak ada temuan kasus Covid-19. Namun, ledakan dahsyat dari gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai, yang terletak sekitar 65 kilometer (40 mil) di utara ibu kota Nuku’alofa, menciptakan apa yang digambarkan oleh pemerintah Tonga sebagai “bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya”. Sebagai tanggapan, kapal angkatan laut dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat (AS), Perancis, dan Inggris telah mengirimkan bantuan. Ini termasuk air minum, pasokan medis, dan peralatan teknik. Semua pengiriman telah ditangani menggunakan protokol “tidak ada kontak” yang ketat dalam upaya untuk mencegah virus. Sovaleni tidak mengungkapkan kapal mana yang digunakan oleh orang-orang yang terkena Covid-19. Dia mengatakan mereka yang datang tidak menunjukkan gejala dan divaksinasi ganda, bersama dengan sekitar 85 persen populasi Tonga.

HMAS Adelaide Australia berlabuh di Nuku’alofa untuk menurunkan pasokan bantuan pada pekan lalu, meskipun ada wabah Covid-19 yang menginfeksi lebih dari 20 awaknya. Pejabat PBB pada akhir pekan lalu mengatakan air minum tetap menjadi tantangan utama yang dihadapi Tonga dan sekitar 1.500 orang masih mengungsi. Komunikasi tetap tidak merata setelah letusan merusak kabel bawah laut yang menghubungkan Tonga ke seluruh dunia. Para pejabat mengatakan kapal perbaikan kabel spesialis diperkirakan akan tiba minggu ini dan bakal memakan waktu setidaknya dua minggu untuk memperbaiki kerusakan.

sumber : kompas.com

LEAVE A REPLY