Supriyanto Dharmoredjo, Sosok di Balik RSUD Terbaik di Dunia

0

Pelita.online – RSUD dr Iskak Tulungagung dinobatkan sebagai rumah sakit terbaik di dunia. Rumah sakit umum daerah ini menjadi satu-satunya wakil Indonesia dan berhasil meraih Gold Award dalam forum International Hospital Federation Congress and Award ke-43 di Oman, UEA pada Jumat (8/11).

Keberhasilan meraih predikat rumah sakit terbaik di dunia ini didapatkan berkat adanya sistem pelayanan terpadu dan modern serta manajemen baru yang berbasis jaminan kesehatan nasional. Rumah Sakit ini meraih gelar di bidang layanan publik atau Corporate Social Responsibility.

Pencapaian tersebut itu tentu tak bisa lepas dari peran sang direktur, Supriyanto Dharmoredjo. Sang direktur pun meraih gelar Direktur Rumah Sakit Terbaik Dunia Tahun 2019 dari IHF.

“Mendapatkan penghargaan (award) sebagai manager rumah sakit terbaik sedunia tentu saja saya senang dan bangga karena bukan hanya sekadar mengharumkan nama institusi dan Kabupaten Tulungagung, tetapi juga negara Indonesia,” tulis Supriyanto Dharmoredjo dalam testimoninya dikutip dari Antara.

“Meraih “Gold Award”, penghargaan tertinggi perumahsakitan dunia mengalahkan negara maju di Amerika, Eropa, dan lain-lain untuk kategori “corporate social responsibility”, adalah sesuatu yang luar biasa membanggakan bagi kami.”
Supriyanto dan tim rumah sakit menghadirkan inovasi Melalui tata kelola perumahsakitan yang disebut sebagai “The New Concept Hospital Management Combined With PSC (Public Safety Centre). Berkat hal tersebut rumah sakit yang dipimpinnya sejak 2014 ini sekarang diminati karena biaya layanan kesehatan yang murah, terjangkau semua masyarakat, namun mutu layanan tetap terjaga.

“Sebagaimana kita ketahui bersama, akhir-akhir ini dunia penyelenggaraan pelayanan kesehatan khususnya perumahsakitan di Indonesia sedang berada pada episode yang sangat tidak nyaman,” tulisnya.

“Seluruh “stakeholder” (pemangku kepentingan) yang menjadi pelayan kesehatan publik terjebak dalam situasi “chaos” (kacau), masuk “circulus virtiosus”, lingkaran setan. Mereka terkesan tidak tahu dan sama-sama merasa tahu jalan keluarnya.”

Supriyanto mengungkapkan bahwa hal ini mengakibatkan banyak orang yang berusaha saling melemahkan dan meniadakan.

“Siapa regulator, siapa operator, siapa “payer” (pembayar) tidak jelas. BPJS Kesehatan, Kementerian Kesehatan, DPR RI, Kementerian Keuangan, organisasi profesi kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, Lembaga Perlindungan Konsumen dan sebagainya, (semua) terlibat friksi yang kita semua tidak tahu kapan akan berakhir,” katanya.

“Akibat dari kondisi yang demikian, kita semua bisa rasakan. Bukannya perbaikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tapi pemburukan dan kemunduran yang terjadi.”

Berlatarbelakang hal tersebut, Supriyanto dan timnya mengembangkan Public Safety Centre dengan menjadi pusat komando keselamatan masyarakat dalam hal penanganan kasus-kasus kedaruratan medis maupun kebencanaan.

Ditambahkan dia, RSUD ini juga berbenah dan berkomitmen untuk melakukan berbagai inovasi bidang pelayanan maupun yang bersifat keadministrasian. Tujuannya adalah untuk efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan berbagai inovasi perbaikan di semua lini managemen rumah aakit, tanpa mengorbankan indikator mutu capaian rumah sakit.

“Berupaya sedemikian rupa agar tidak menjadi korban peraturan perundang-undangan yang sering berubah dan bahkan justru menyulitkan, dengan tanpa menabrak atau melanggar undang-undang itu sendiri.”

“Buah dari semua itu, kini RSUD dr. Iskak Tulungagung berhasil menjadi satu-satunya rumah sakit pemerintah yang paling mandiri. Tidak menggantungkan anggaran operasionalnya pada anggaran pemerintah pusat maupun daerah.”
Bukan cuma penghargaan sebagai rumah sakit terbaik di dunia saja yang berhasil diraih RSUD dr Iskak Tulungagung saja. Sebelumya, berbagai penghargaan tingkat lokal, regional, maupun nasional, dari lembaga pemerintah maupun swasta pernah diraih.

Faktor kemenangan

Berbagai faktor kemenangan RSUD dr. Iskak Tulungagung sebagai rumah sakit terbaik dunia ini dilihat dari bidang CSR-nya.

“Kata kuncinya ada di “New Concept Hospital Management” yang dipadukan dengan sistem PSC (Public Safety Centre).”

CSR yang diberikan oleh RSUD ini memberikan pelayanan kesehatan gratis “unlimited” (tidak terbatas) bagi pasien tidak mampu non-kartu BPJS/KIS.

“(Kami) Tidak punya utang jasa medis maupun biaya operasional, tanpa suntikan anggaran bermakna dari pemerintah pusat maupun daerah.”

“RSUD dr Iskak Tulungagung bahkan menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan regional di Indonesia yang tidak pernah mendapatkan dana pembinaan dari DAK (Dana Alokasi Khusus) Kementerian Kesehatan.”
Dalam testimoninya, Supriyanto juga mengungkapkan bahwa RSUD dr Iskak Tulungagung hadir sebagai kepanjangan tangan negara dengan menjadi pusat keselamatan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat secara terpadu berbasis teknologi informasi tingkat tinggi yang merupakan inovasi dari kami, menjadi jawaban atas prestasi tersebut.

“New Concept Hospital Management” berkarakter “low cost, high quality and hospital social responsibility”. Ini merupakan rohnya JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) menjamin penyelenggaraan perumahsakitan yang murah dan berkualitas tinggi.”

“PSC system” (yang juga sudah diadopsi oleh Kemenkes RI menjadi program nasional) berkolaborasi dengan puskesmas, PMI, sarana kesehatan lainnya serta Masyarakat Peduli Bencana Tulungagung (BaSARTa) dalam sebuah “networking, breaking through the hospital wall”, memungkinkan manajemen rumah sakit bisa melakukan monitoring kesehatan masyarakat secara langsung.”

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY