Untuk Herd Immunity, Cakupan Vaksinasi Covid-19 Bisa Bertahap

0
Tim medis melakukan penanganan terhadap pasien dalam persiapan simulasi vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Abiansemal I, Badung, Bali, Senin (5/10/2020). Kementerian Kesehatan melakukan kunjungan dan survei untuk melihat kesiapan puskesmas tersebut sebagai lokasi layanan vaksinasi COVID-19 serta menggelar simulasi pada Selasa (6/10). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/pras.

Pelita.online – Kementerian Kesehatan (Kemkes) menargetkan sasaran penerima vaksin Covid-19 sebanyak 107,2 juta jiwa. Jumlah ini merupakan 67% dari 160 juta orang berusia 18-59 tahun. Target cakupan vaksinasi ini terbilang lebih rendah dari standar WHO yakni 70% dari total penduduk.

Namun, para pakar menilai bahwa mempertimbangkan ketersediaan vaksin Covid-19 yang terbatas di dunia saat ini dan kondisi demografi Indonesia, maka jumlah tersebut sudah cukup. Vaksinasi juga dapat dilakukan secara bertahap.

Guru Besar Kesehatan Anak Universitas Padjajaran dan Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19, Prof Kusnandi Rusmil mengatakan, untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity tidak bisa dilakukan imunisasi sekaligus melainkan bertahap. Jadi bila standar WHO minimal 70% dari penduduk, maka ini bisa dilakukan bertahap, tidak harus sekaligus.

Apalagi melihat luasnya wilayah dan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Bisa dimulai dengan prioritas daerah dengan penyebaran Covid-19 termasuk zona merah, lalu oranye, kuning, dan hijau.

“Untuk mencapai 70% penduduk diimunisasi Covid-19 itu perlu waktu agak lama, mungkin lebih dari setahun. Tidak bisa langsung,” kata Kusnandi kepada Suara Pembaruan, Rabu (18/11/2020) malam.

Menurut Kusnandi, Indonesia belum bisa mencapai herd immunity sekaligus karena beberapa kondisi. Di antaranya ketersediaan vaksin yang masih terbatas. Untuk sementara Bio Farma hanya akan memenuhi kebutuhan vaksin untuk penduduk berusia 18-59 tahun. Kebutuhan tipe vaksin yang lain untuk penduduk berusia di luar 18-59 tahun besar, sehingga untuk memenuhinya kemungkinan besar akan didatangkan dari luar.

Faktor demografi juga menjadi kendala. Dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 260 jutaan, sumber daya yang ada saat ini tidak cukup menjangkau semua orang. Diperlukan perencanaan yang matang.

Minimal pada tahap awal ini, sudah ada 107,2 juta orang Indonesia yang terlindungi dari Covid-19 apabila nanti sudah diberikan vaksin. Vaksinasi mencegah jatuh sakit dan mengurangi angka kematian.

Namun, Kusnandi juga mengingatkan bahwa orang yang sudah mendapatkan vaksin memang kebal terhadap penyakit, tetapi tidak 100%. Dia masih berpotensi menularkannya ke orang lain.

Oleh karena itu, menerapkan protokol kesehatan harus menjadi kebiasaan di masyarakat untuk mencegah mereka agar tidak terinfeksi. Ia mengingatkan masyarakat untuk selalu menerapkan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun.

“Jadi berapa pun cakupan vaksinasi Covid-19 sekarang ini, kita terima saja. Jumlahnya nanti ditambah lagi dan ditambah lagi,” kata Kusnandi.

Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan, untuk tahap awal cakupan imunisasi Covid-19 memang belum bisa optimal karena tergantung pada kondisi daerah. Secara nasional memang hanya 67%, tetapi cakupan di tiap daerah kemungkin berbeda-beda tergantung tingkat kasus atau penyebaran. Perlu ditentukan daerah mana yang akan didahulukan.

Karena perubahan zona penyebaran sangat dinamis, maka tim pelaksana vaksinasi Covid-19 perlu mencermati daerah-daerah tersebut untuk memastikan berapa orang yang perlu divaksinasi. Sebab, vaksinasi tidak diberikan untuk semua orang dalam satu wilayah. Vaksinasi Covid-19 hanya diberikan kepada usia 18-59 tahun, tidak untuk orang yang menderita komorbid, ibu hamil, dan sudah pernah terinfeksi.

“Mesti diketahui daerah mana saja yang akan jadi prioritas, tergantung kondisi kasus terakhir. Kondisi hari ini belum tentu sama dengan empat hari lalu,” kata Amin.

Sumber:Suara Pembaruan

LEAVE A REPLY