Vaksin Bukan Jaminan Tidak Tertular, tetapi Minimalisir Covid-19 Gejala Berat

0
BeritaSatu Photo/Ruht Semiono Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia - Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada warga lanjut usia di Kemayoran, Jakarta, Jumat (5/3/2021). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menargetkan 21,5 juta warga lansia di Indonesia mendapatkan vaksinasi Covid-19 tahap kedua.

Pelita.online – Anggota Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), RA Adaninggar mengatakan, seseorang yang telah divaksinasi Covid-19 bisa saja kembali terinfeksi. Apalagi vaksin belum terbukti mencegah penularan 100%.

“Vaksin Sinovac belum terbukti mencegah penularan 100%, tapi tujuannya untuk mengurangi risiko Covid-19 bergejala berat dan kematian,” kata Adaninggar kepada Beritasatu.com, Rabu (10/3/2021).

Adaninggar mengatakan seseorang yang divaksin kemungkinan besar akan menghasilkan antibodi dalam tubuh. “Antibodi ini dapat menekan jumlah virus yang bisa ditularkan dan memperpendek masa penularan,” kata dia.

Dia menjelaskan, efikasi 65% pada vaksin Sinovac artinya risiko terjadinya Covid-19 berat hingga meninggal akan turun sekitar 65%. Namun bukan berarti 35% gagal. “Dari hasil uji klinis di Bandung, 99% relawan terbentuk antibodi setelah divaksin, tetapi adanya antibodi tetap tidak bisa dipastikan kadar dan kekuatan pastinya berapa yang bersifat protektif. Sekali lagi tergantung sistem imun masing-masing, perilaku protokol kesehatan, dan varian mutasi virus di sekitar,” paparnya.

Adaninggar mengatakan, efektivitas vaksin dipengaruhi tiga faktor yakni manusia sebagai sistem imun dan perilaku manusia seperti perilaku protokol kesehatan. Kedua, terkait mutasi virus. Ketiga, terkait kandungan vaksin, platform, mekanisme kerja, hingga cara pemberian.

Oleh karena itu, kata dia, seseorang bisa saja terinfeksi Covid-19 setelah divaksin. Selama virus di sekitar mereka masih banyak, maka beririko terpapar kembali. Namun dengan dengan gejala lebih ringan karena antibodi telah terbentuk.

Menurut dia, antibodi akan terbentuk optimal setelah 28 hari pasca-suntikan kedua. Adapun jumlah dan kualitas antibodi akan bervariasi, tergantung sistem imun masing-masing.

Soal test rutin antibodi pascavaksinasi, menurut Adaninggar, hal tersebut tidak perlu dilakukan. Pada prinsipnya jika sistem imun sehat, bisa dipastikan akan terbentuk antibodi meskipun kadar dan kualitas tetap bervariasi.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY