Warga Venezuela Turun ke Jalan Akibat Krisis Listrik dan Air

0
Ilustrasi. (Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)

Pelita.online – Warga Venezuela kompak turun ke jalan untuk menyerukan protes kepada Presiden Nicolas Maduro, yang mereka tuduh sebagai biang keladi perusak ekonomi negara. Aksi ini dilakukan setelah berminggu-minggu terjadi pemadaman listrik hingga berkurangnya pasokan air bersih.

Mengutip Reuters, Minggu (7/4), krisis ekonomi Venezuela memang semakin memburuk dalam satu bulan terakhir.

Tingkat inflasi meroket hingga ratusan ribu persen. Rakyat kekurangan makanan dan obat-obatan. Pemadaman listrik pun melumpuhkan aktivitas di Venezuela, sehingga rakyat terpaksa hidup dalam kegelapan selama berhari-hari.

Pemimpin oposisi, Juan Guaido, melakukan rapat di Caracas pada Sabtu (6/4) yang disebutnya sebagai gelombang baru protes definitif untuk menggulingkan Maduro.

Ribuan pendukung oposisi berkumpul di Caracas, distrik El Marques timur. Mereka mengatakan telah mengambil air dari saluran pipa yang tidak bersih atau aliran air dari Gunung Avila yang menghadap langsung ke Caracas.

“Kami harus singkirkan perampas ini (Maduro) dan kami tidak bisa memikirkan hal lain,” ucap Claudia Rueda, ibu rumah tangga berusia 53 tahun yang ikut dalam demonstrasi tersebut.

Pemadaman listrik dan berkurangnya pasokan air bersih membuat pemerintahan Maduro menutup kegiatan sekolah dan bisnis dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini khususnya terjadi di kota-kota, seperti San Cristobal, Valencia, dan Maracay.

“Kami datang bukan hanya untuk meminta air dan listik. Kami datang untuk menuntut kebebasan dan demokrasi,” ujar Guaido di rapat umum Caracas, diikuti sorak-sorai warga.

“Kami tidak bisa membiarkan diri kami terbiasa dengan ini, kami tidak bisa tahan, kami tidak bisa membiarkan penjahat ini tetap memegang negara ini.”

Guaido telah meminta majelis konstitusi untuk menjadi presiden sementara pada Januari 2019 kemarin.

Ia juga mengecam Maduro sebagai seseorang yang menang karena melakukan kecurangan dalam proses pemilihan umum yang digelar pada 2018 lalu.

Tak berhnti di sana, Guaido pun memperingatkan Presiden Kuba Diaz-Canel jika pasokan minyak yang disubsidi negara pulau komunis Karibia itu sudah berakhir.

Venezuela telah mengirim minyak dengan harga murah ke Kuba dengan imbalan berupa tenaga kerja dan guru dari pulau tersebut.

Namun, Guaido menyebut pengiriman minyak murah dilakukan untuk membiayai kelompok intelijen Kuba atau dikenal G2, sebagai pihak yang menindak lawan Maduro di militer Venezuela.

Di sisi lain, Maduro mengungkapkan kekhawatirannya akan diculik oleh agen pemerintah. Menanggapi hal ini, Washington terus menekan agar Maduro mundur dari jabatannya.

Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence, mengumumkan sanksi baru terhadap 34 kapal milik perusahaan minyak Venezuela dan dua perusahaan yang mengirim minyak mentah ke Kuba.

“Ini hanya langkah pertama,” tutur John Bolton selaku penasihat keamanan nasional Amerika Serikat.

Pemerintahan Amerika Serikat memandang Maduro tidak sah sejak menjabat pada Januari 2019, untuk masa jabatan kedua setelah pemilihan umum yang disebut cacat.

Washington sudah berbicara dengan Dewan Keamanan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membahas krisis Venezuela.

 

Sumber: cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY