20 Orang Tewas dalam Bentrokan Berdarah di Baghdad, Ternyata Ini Pemicunya

0

Pelita.Online – Bentrokan hebat yang terjadi di Baghdad telah mengakibatkan 20 orang meninggal dunia.

Bentrokan tersebut dipicu setelah sebelumnya ulama Syiah yang kuat, Moqtada Al-Sadr mengatakan dirinya akan mundur dari politik.

Saat itu banyak publik menyerbu istana pemerintah dan berperang dengan kelompok-kelompok saingan.

Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari Reuters, bentrokan tersebut juga terjadi akibat perebutan kekuasaan yang terjadi antara dua kubu pendukung setia.

Kejadian tersebut terjadi di malam hari, bahkan suara senapan mesin dan ledakan menggema dengan jejak api dari tembakan menghiasi langit zona hijau.

Ini merupakan pertempuran terparah di kota Irak yang terjadi di tahun ini.

Kekerasan yang terjadi dan dipicu oleh pengumuman Al-Sadr bahwa dirinya akan menarik diri dari semua aktivitas politik adalah sebuah keputusan yang menurut dirinya sebagai tanggapan atas kegagalan para pemimpin dan partai Syiah lainnya untuk mereformasi sistem pemerintahan yang korup dan membusuk.

Sadr mengatakan akan melakukan mogok makan sebagai protes terhadap penggunaan senjata oleh semua pihak.

Tidak ada titik temu antara Sadr dan grup Syiah lainnya dalam keputusan politik telah mengirim Irak ke dalam putaran kekerasan lain sementara Irak masih berjuang untuk pulih dari perang puluhan tahun, sanksi, perselisihan sipil dan korupsi endemik.

Sejak 2003, banyak grup di Irak telah melakukan hubungan yang berujung konflik dan yang terbaru adalah konflik yang terjadi di dalam sekretariat dan kompetisi politik etnis dalam.

Putaran kekerasan yang terbaru mengadu para pendukung Sadr, termasuk para milisi yang bersenjata lengkap, melawan para militer saingan yang bersekutu dengan Iran dan pasukan keamanan.

Kemenangan Sadr dalam pemilihan sebelumnya merupakan sebuah upaya untuk membentuk pemerintahan yang bebas dari kelompok-kelompok yang didukung Iran.

Semua upaya tersebut mencapai puncaknya pada Senin malam hingga terjadi bentrokan berdarah.

Para pejabat keamanan mengatakan beberapa bentrokan terjadi antara pejuang brigade perdamaian Sadr dan anggota pasukan keamanan Irak yang bertugas melindungi zona hijau, tetapi milisi yang bersekutu dengan Iran kemungkinan juga terlibat.

Hingga saat ini belum ada penjelasan lanjutan siapa yang memulai serangan tersebut.

Sadr mengumumkan pengunduran diri pada Senin melalui Twitter dan mengkritik pemimpin Syiah lainnya karena gagal mengindahkan seruan untuk reformasi.

“Dengan ini saya mengumumkan penarikan terakhir saya,” ujar Sadr melalui Twitter

Irak merupakan produsen terbesar kedua OPEC, telah berjuang untuk pulih sejak kekalahan ISIS pada tahun 2017, Konflik utama yang terjadi adalah akibat perebutan kekuasaan dan kekayaan alam sumber daya minyak negeri yang besar.

sumber : pikiran-rakyat.com

LEAVE A REPLY