AS Rekomendasikan Lagi Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson

0
Medical workers prepare doses of the Johnson & Johnson Covid-19 vaccine at the International Union of Operating Engineers Local 399 union hall vaccination site in Chicago, Illinois, on April 6, 2021. - One US patient died from blood clotting complications after receiving the Johnson & Johnson Covid vaccine while another is in critical condition, senior scientist for the Food and Drug Administration, Peter Marks, said on April 13, 2021. Overall, six women aged between 18 to 48 developed a rare form of brain blood clotting with low blood platelets between six and 13 days after receiving the shot. (Photo by KAMIL KRZACZYNSKI / AFP)

Pelita.online – Panel Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (AS) merekomendasikan kembali penggunaan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson.

Seperti dilaporkan Al Jazeera, Jumat (23/4/2021), panel kesehatan AS mengatakan waktunya untuk melanjutkan penggunaan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, meskipun risiko pembekuan darah yang sangat langka.

Rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) membuka jalan bagi suntikan Johnson & Johnson untuk mulai digunakan lagi di AS. Sebelumnya, regulator sempat menghentikan penggunaannya awal bulan ini untuk meninjau laporan pembekuan darah langka. Namun kasus serius yang terkait dengan trombosit darah tergolong rendah.

“Manfaatnya jelas lebih besar daripada risiko dari perspektif populasi dan individu,” kata Dr Beth Bell, anggota panel penasihat dan profesor klinis di departemen kesehatan global di Universitas Washington di Seattle.

“Ini risiko baru. Ini memang risiko yang sangat kecil dan lebih kecil dari banyak risiko lain yang kami ambil setiap hari,” tambahnya.

Penasihat CDC mengatakan bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada risiko serius tetapi kecil – terutama terhadap virus yang masih menginfeksi puluhan ribu orang Amerika setiap hari. Pemerintah akan segera mempertimbangkan rekomendasi tersebut dalam memutuskan langkah selanjutnya.

“Rekomendasi Komite adalah langkah penting untuk melanjutkan vaksinasi yang sangat dibutuhkan dengan cara yang aman bagi jutaan orang di AS,” kata Chief Scientific Officer Johnson &Johnson Paul Stoffels.

Stoffels menambahkan bahwa perusahaan akan terus bekerja dengan CDC, FDA dan otoritas kesehatan di Eropa untuk memastikan peristiwa yang sangat langka ini dapat diidentifikasi lebih awal dan ditangani secara efektif.

Dari hampir delapan juta orang yang divaksinasi sebelum AS menangguhkan vaksinasi Johnson & Johnson awal bulan ini, pejabat kesehatan menemukan 15 kasus jenis pembekuan darah yang sangat tidak biasa, tiga di antaranya berakibat fatal. Semua kasus dialami perempuan, paling muda berusia 50 tahun.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY