AS: Taliban Gulirkan Pertempuran dan Negoisasi

0
Foto: Jenderal John Nicholson, komandan tertinggi AS di Afghanistan

Pelita.Online, Washington – Komandan pasukan AS di Afghanistan, John Nicholson, Rabu (30/05), menganggap remeh serangkaian serangan Taliban baru-baru ini. Menurutnya, tingkat kekerasan masih di bawah rata-rata dengan beberapa pemberontak mengadakan pembicaraan damai dalam situasi yang disebutnya “pembicaraan dan pertempuran.”

“Anda memperhatikan bahwa pemimpin Taliban tingkat menengah dan senior sedang bernegosiasi dengan pemrinta Afghanistan,” katanya. Nicholson menambahkan bahwa banyak aktivitas diplomatik dilakukan “di belakang layar.”

Nicholson mengeluarkan pernyataan ini di saat sekelompok orang bersenjata dengan senapan dan peluncur granat mencoba menembus Kementerian Dalam Negeri Afghanistan yang dikelilingin benteng dan penjagaan ketat. Mereka terlibat pertempuran dengan pasukan keamanan selama lebih dari dua jam dalam serangan terbaru di Kabul.

Serangan itu mengingatkan tantangan yang dihadapi pasukan Afghanistan yang didukung AS bahkan setelah perang 16 tahun, termasuk di Kabul. Setidaknya 26 orang, termasuk sembilan wartawan, tewas bulan lalu dalam dua ledakan di ibukota Afghanistan.

Nicholson mengatakan bahwa bukti awal menunjukkan jaringan Taliban dan Haqqani berada di balik serangan itu. Namun di sisi lain, organisasi Daulah Islamiyah (ISIS) mengaku bertanggung jawab.

Dalam keterangannya kepada media di Pentagon, seperti dilansir Reuters, Nicholson mencoba untuk mengajak kepada opoini perang di panjang di Afghanistan meraih kemajuan. Namun faktnya, saat ini telah lebih dari 2.400 tentara AS tewas dalam konflik itu.

Nicholson mengutip data yang tidak dipublikasikan yang menunjukkan penurunan 30 persen serangan gerilyawan Afghanistan antara Februari dan April dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir. Dia mengatakan serangan itu meningkat setelah Taliban mengumumkan serangan musim semi pada 25 April, tetapi kekerasan masih berada di angka 10 hingga 12 persen lebih rendah.

Dia mengakui bahwa banyak pernyataannya didasarkan pada perkiraan oleh pemerintah Afghanistan, yang pemerintah AS sendiri menganggap rezim Kabul sudah tidak dapat diandalkan. Namun dia mengatakan bahwa dia masih percaya diri pada arah yang merujuk data.

kiblat.net

LEAVE A REPLY