Awas Dunia, Kabar Buruk Mengancam karena Minyak Arab-Rusia

0

pelita.online –  Badan Energi Internasional (IEA) memberi peringatan. Lembaga itu memperingatkan penurunan produksi minyak dari kelompok produsen, OPEC dan sekutu (OPEC+), berisiko memperburuk proyeksi defisit pasokan dan dapat menggagalkan pemulihan ekonomi global.

Dalam laporan pasar minyak bulanan terbarunya, IEA mengatakan langkah OPEC+ akan menjadi berita buruk bagi konsumen. Apalagi saat ini, ketidakpastian ekonomi yang meningkat.

“Konsumen yang menghadapi kenaikan harga (inflasi) kebutuhan pokok harus merogoh budget lebih banyak lagi,” kata IEA, dikutip CNBC International, Jumat (14/4/2023).

“Ini sangat buruk bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.

Dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, OPEC+ adalah kelompok berpengaruh. Mereka adalah 23 negara pengekspor minyak yang bertemu secara teratur untuk menentukan berapa banyak minyak mentah yang akan dijual di pasar global.

Sebelumnya awal April, beberapa anggota OPEC+ mengumumkan akan memperketat produksi global, di mana akan ada potongan 1,16 juta barel per hari hingga akhir tahun. Keputusan yang dikritik oleh Gedung Putih tersebut, dikatakan OPEC+ dibuat sebagai bagian dari inisiatif independen yang tidak terkait dengan kebijakan yang lebih luas.

Pemotongan itu juga terjadi di tengah rencana Rusia untuk memangkas 500.000 barel per hari produksinya dari Maret hingga akhir tahun. Ini berarti pemotongan sukarela gabungan anggota OPEC+ akan melebihi 1,6 juta barel per hari.

“Kami sudah memperkirakan pasar akan bergeser ke defisit pada paruh kedua tahun ini,” kata kepala divisi industri dan pasar minyak di IEA, Toril Bosoni.

“Sekarang, dengan pemotongan yang akan dilakukan mulai Mei ini, kami memperkirakan pasar akan beralih ke defisit lebih awal dan dengan kerugian yang lebih besar di paruh kedua tahun ini,” tambahnya.

Bosoni mengatakan pemotongan OPEC+ akan mendorong pasokan minyak dunia turun 400.000 barel per hari pada akhir tahun. Karena peningkatan produksi oleh negara-negara non-OPEC, seperti AS, Brasil, Kanada, dan Norwegia, disebut tetap akan gagal mengimbangi penurunan.

“Kami sekarang mengharapkan dari negara-negara OPEC,” tambahnya.

“Jadi, dengan permintaan minyak yang meningkat (dan) terus meningkat sepanjang sisa tahun ini, kami mengharapkan penarikan inventaris baru dan tekanan ke atas pada harga,” jelasnya.

Harga minyak naik lebih tinggi pada Jumat pagi. Patokan internasional minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan pada US$86,33 per barel sekitar pukul 10:40 waktu London, naik 0,3% untuk sesi ini, sementara West Texas Intermediate AS berdiri di US$82,39 per barel, juga naik 0,3%.

sumber : cnbcindonesia.com

LEAVE A REPLY