Bank Dunia: Pertumbuhan Kurangi Kemiskinan

0

Jakarta, PelitaOnline- Bank Dunia menyatakan pertumbuhan perekonomian masih merupakan pendorong utama dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan ekstrem sehingga kebijakan negara diharapkan bisa menuju ke arah peningkatan pertumbuhan.

“Pertumbuhan ekonomi tetap menjadi pendorong paling penting bagi pengurangan kemiskinan dan itulah mengapa kami cemas bahwa pertumbuhan menurun perlahan-lahan di negara berkembang pengekspor komoditas akibat anjloknya harga komoditas,” kata Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, 8/6.

Menurut dia, menurunnya harga komoditas di tingkat global membuat negara-negara itu penting untuk menghasilkan kebijakan yang akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian sekaligus memperbaiki taraf kesejahteraan warga yang hidup dalam kemiskinan ekstrim.

Berdasarkan laporan Bank Dunia, negara-negara berkembang yang mengimpor komoditas relatif lebih dapat bertahan daripada negara-negara pengekspor, meski manfaat dari rendahnya harga komoditas dinilai masih lambat untuk diwujudkan secara nyata di negara-negara tersebut.

Sebagaimana diwartakan, Pemerintah dan Komisi XI DPR RI menyetujui perubahan asumsi makro pertumbuhan ekonomi dalam RAPBNP 2016 dari sebelumnya 5,3 persen menjadi 5,1 persen yang lebih realistis dengan kondisi perekonomian terkini.

Hal tersebut menjadi salah satu keputusan dari rapat kerja pemerintah dengan Komisi XI yang membahas asumsi makro RAPBNP 2016 di Jakarta, Selasa (7/6) malam.

Hadir dalam rapat kerja tersebut adalah Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pertumbuhan ekonomi 2016 lebih realistis pada kisaran 5,1 persen setelah mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang masih melambat pada tahun ini.

Selain itu, ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi 2016 dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tidak bisa tumbuh lebih dari lima persen akibat pelemahan daya beli masyarakat yang terlihat sejak awal tahun.

Bambang menambahkan konsumsi pemerintah juga terhambat oleh pemotongan belanja operasional non prioritas di kementerian lembaga dan sektor investasi diperkirakan sedikit tertahan, meskipun membaik dari triwulan I-2016.

Dengan proyeksi angka pertumbuhan 5,1 persen tersebut, maka dalam periode pertumbuhan ekonomi triwulan II hingga IV, harus ada yang bisa mencapai kisaran 5,3 persen karena perekonomian Indonesia pada triwulan I-2016 hanya tumbuh 4,92 persen.(Ant)

LEAVE A REPLY