Batas Rp1 Miliar, Harga Properti Terpengaruh Pilpres 2019

0

JAKARTA, Pelita.Online – Sentimen Pemilihan Presiden 2019 diprediksi memengaruhi penjualan properti pada semester II/2018 untuk hunian mewah dengan harga lebih dari Rp1 miliar.

Pengamat properti Ali Tranghanda menyatakan pengembang dan investor besar lebih memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan stabilitas politik sedangkan investasi menengah ke bawah cenderung meningkat.

Ali Tranghanda, yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, menjelaskan siklus properti tengah naik dan tahun politik akan sedikit menghambat investasi properti terutama yang bernilai di atas Rp1 miliar.

“Investor-investor besar cenderung akan menunggu sampai ada kepastian stabilitas politik, apalagi pemilu kali ini agak panas dan tensinya agak tinggi,” tutur Ali pada Minggu (27/5/2018).

Dampak signifikan terasa pada penjualan apartemen, karena termasuk segmen menengah ke atas yang lebih memilih menunggu. Sedangkan, penjualan rumah di pinggiran Jakarta seperti daerah Bekasi (Jawa Barat) dan Banten tetap baik.

Dia menerangkan partai politik akan menggelontorkan dana yang sangat besar sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat menjadi tinggi. Kondisi ini baik untuk investasi properti dengan nilai Rp300 juta-Rp500 juta, sehingga prospeknya pada semester II akan naik.

“Pembelanjaan partai akan naik, uang akan berputar di masyarakat, ke usaha-usaha kecil, sehingga peluang properti menengah akan naik,” jelasnya.

Ali melanjutkan pada triwulan I tahun ini penjualan rumah di pinggiran Jakarta naik 58% dari triwulan IV tahun lalu. Kenaikan ini cukup tinggi setelah tahun lalu anjlok.

Secara terpisah, pengamat bisnis properti Panangian Simanungkalit memprediksi pasar properti pada semester II/2018 diperkirakan tetap membaik seiring menjelangnya Pilpres 2019.

Pilpres, menurut pendiri Panangian School of Property itu, memiliki sejumlah sisi yang memberi dampak positif untuk pasar properti.

“Properti sekarang ini kan didominasi oleh rumah-rumah murah di bawah Rp1 miliar, jadi sama sekali tidak terpengaruh. Justru, banyak pengaruh positifnya,” kata Panangian senada dengan Ali memberi batasan angka Rp1 miliar sebagai batas yang terpengaruh.

Dia melanjutkan hal itu disebabkan dorongan tingkat konsumtif masyarakat yang semakin tinggi menjelang Pilpres 2019. Daya beli masyarakat tumbuh seiring banyaknya acara-acara dari kegiatan Pemilu tahun ini sampai tahun depan. “Ini memberikan efek positif kepada konsumsi,” paparnya.

Panangian menambahkan pasar properti akan stagnan bagi hunian untuk kelas menengah ke atas. Perkiraan tersebut bahkan sampai akhir Pilpres 2019. “Ini stagnan sampai tahun depan bahkan akhir Pilpres 2019.”

Dia juga menilai prospek bisnis properti pada semester II/2018 akan lebih baik dibandingkan dengan semester I/2018 karena didorong dengan tumbuhya perekonomian yang semakin baik pula.

Panangian mengatakan semester II akan menjadi momen yang baik bagi pertumbuhan properti mengingat kondisi laju pertumbuhan ekonomi memperlihatkan tren yang positif.

“Sudah siklusnya. Tahun terakhir ekonomi Indonesia sudah mulai meningkat setelah beberapa tahun terakhir turun terus. Perekonomian mulai membaik pada semester dua ini. Ini akan mendorong bisnis properti,” paparnya.

Dia menambahkan pertumbuhan juga terutama didorong oleh laju kredit properti yang tumbuh hingga 12% dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 8%. “Nah, secara umum pasar tumbuh kira-kira hanya sekitar 8%.”

Menurutnya, saat ini bisnis properti didominasi oleh rumah tapak (landed house) yang berada di angka Rp1 miliar, sedangkan untuk apartemen di bawah Rp700 juta.

Adapun untuk permintaan rumah bagi kalangan menengah ke atas dia memperkirakan pertumbuhannya tidak cukup signifikan bahkan cenderung stagnan.

“Pasar-pasar untuk kalangan menengah ke atas yang berada di angka Rp8 miliar – Rp 9 miliar stagnan sampai tahun depan, bahkan hingga Pilpres 2019 usai,” ungkap Panangian.

Pengaruh Suku Bunga

Di sisi lain, menurut Ali Tranghanda, sentimen suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) juga akan memengaruhi penjualan properti terutama setelah Bank Indonesia (BI) umumkan kenaikan 25 bps menjadi 4,5%.

Dia memprediksi kenaikan suku bunga ini tidak hanya akan terjadi satu kali. “Relatif ada risiko kenaikan suku bunga sampai akhir tahun dua kali lagi,” ungkapnya.

Dampak kenaikan suku bunga BI tidak hanya terasa pada semester II/2018, bahkan sampai semester I/2019.

Kondisi ini akan menekan penjualan properti terutama pengaruhnya terhadap bunga KPR (kredit pemilikan rumah) yang turut naik. Dengan begitu, masyarakat akan mengurangi pembelian rumah karena bunga kreditnya yang dinilai tinggi.

Erwinkallonews.com

LEAVE A REPLY