BMKG Ungkap di 2 Wilayah Ini Tak Turun Hujan Hampir 3 Bulan

0

pelita.online – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, sejumlah wilayah di Indonesia sampai saat ini ada yang tak mengalami hujan selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Di sisi lain, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, hingga Oktober dasarian II, 2023, El Nino moderat (+1.719) dan IOD (Indian Ocean Dipole) positif (+2.014) masih bertahan. Dia pun mengingatkan agar siap siaga terhadap dampak lanjutan El Nino dan IOD positif.

Seperti diketahui, kedua fenomena ini menyebabkan anomali lonjakan suhu dan menurunnya curah hujan secara drastis. Yang menyebabkan musim kemarau kali ini lebih panas dan kering ekstrem dibanding musim kemarau biasa.

“Sebagian besar wilayah di Indonesia pada periode bulan Juli-Oktober 2023 mengalami curah hujan sangat rendah. Yaitu sebagian besar Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Maluku Utara, dan sebagian Papua,” paparnya dalam keterangan di situs resmi BMKG, Kamis (2/11/2023).

Hingga pertengahan bulan Oktober 2023, lanjut dia, sejumlah wilayah di Indonesia bahkan sudah tak mendapat hujan selama 21-60 hari, yaitu sebagian wilayah di Pulau Sumatra bagian Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi bagian selatan, Maluku, serta Papua bagian selatan.

Dan, sejumlah daerah terpantau mengalami hari tanpa hujan ekstrem panjang, lebih dari 60 hari. Yaitu, Lampung, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Di Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalteng, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.

“Dan, 2 wilayah di NTT ini mengalami hari tanpa hujan terpanjang, tercatat selama 176 hari, yaitu Sumba Timur dan Rote Ndao di Nusa Tenggara Timur,” kata Dwikorita.

“Situasi ini harus menjadi perhatian kita bersama mengingat sebaran titik panas di Indonesia menunjukkan peningkatan terutama di daerah rawan karhutla (kebakaran hutan dan lahan). Pulau Kalimantan memiliki titik panas terbanyak dengan tingkat kepercayaan tinggi, diikuti oleh Sumatra bagian selatan, kepulauan Nusa Tenggara, dan Papua Selatan,” tambahnya.

Efek Negatif El Nino

Di sisi lain, Dwikorita mengingatkan, sejumlah sektor akan terpukul akibat efek domino El Nino dan IOD Positif. Dia pun meminta pemerintah di seluruh level segera mengambil langkah mitigasi dan antisipasi terhadap dampak negatif yang terjadi.

Menurutnya, ada 6 sektor yang paling terpukul, yaitu pertanian, sumber daya air, kehutanan, perdagangan, energi, dan kesehatan.

“Di sektor pertanian, produksi tanaman pangan terancam mengalami penurunan akibat terganggunya siklus masa tanam, gagal panen, kurangnya ketahanan jenis tanaman atau penyebaran hama yang aktif pada kondisi kering,” paparnya.

“Di sektor sumber daya air, situasi ini berakibat pada berkurangnya sumber daya air. Di sektor perdagangan memicu lonjakan harga bahan pangan, di sektor kehutanan mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla),” tambah Dwikorita.

Sementara itu, lanjutnya, produksi energi yang bersumber dari PLTA akan tertekan. Dan, di sektor ketahanan meningkatkan risiko kesehatan berkaitan dengan sanitasi dan ketersediaan air bersih untuk di konsumsi dan kebersihan.

“Bagi daerah yang mengalami karhutla, kondisi ini juga dapat berakibat pada polusi udara dan memicu terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),” pungkasnya.

sumber  : cnbcindonesia.com

LEAVE A REPLY