Film ‘The Lawyers-Pokrol Bambu’, Angkat Sisi Lain Kehidupan Pengacara Karya Anak Makassar

0

Pelita.online – Satu lagi film layar lebar karya anak Makassar yaitu “The Lawyers-Pokrol Bambu”. Film ini merupakan garapan Erwin Kallo Films.

Erwin Kallo merupakan pengacara asal Makassar yang cinta pada dunia perfilman. Sejak kecil, Erwin mengaku telah bermain layar lebar dan kini kecintaannya dituangkan dalam bentuk film.

Film “The Lawyers-Pokrol Bambu” mengangkat kisah kehidupan para pengacara yang disajikan dalam sebuah komedi satir. Menyuguhkan gambaran seputar kehidupan para pengacara yang unik dan tidak selalu serius.

“Film ini secara komikal mengangkat tentang kehidupan pengacara. Ini adalah film komedi satir,” kata Erwin Kallo saat gala Premiere film ini di Makassar, Senin (20/5/2019).

Film ini akan menjadi tontonan alternatif bagi masyarakat yang menghibur.

“Film tentang hukum itu berat, tapi kami sajikan secara ringan sehingga mudah diterima penonton,” katanya.

Turut juga hadir sejumlah pemain dalam film tersebut. Seperti Rina Hassim, Dicky Chandra, Jerio Jeffry, serta mantan Wakil Walikota Makassar, Syamsu Rizal atau yang akrab disapa Deng Ical.

Film ini berpusat pada Johan (Jerio Jeffry). Ia merupakan suami yang sangat mencintai istrinya, Nina (Kartika Berliana). Tapi, ia memiliki penyakit Sadomasochist, yang memukuli istrinya sebelum berhubungan intim.

Meski mencintai istrinya, Johan ternyata juga punya selingkuhan. Alasannya, ia tidak ingin selalu menyakiti istrinya.

Karena itulah, Nina menuntut cerai dari Johan. Johan lalu memakai memakai jasa

RM Wicaksono (Roy Marten), seorang lawyer sukses. Sedangkan Suparman (Dicky Chandra) menjadi pengacara sang istri.

Film “The Lawyers-Pokrol Bambu” dibintangi oleh sederet artis kenamaan ini seperti Roy Marten, Dicky Cahndra, Rina Hassim, Kartika Berliana, Jerio Jeffry, Musdalifah Basri, Tengku Rina, Poeljangga, Dika Anggara, Mugi Elman, dan Nayla Erwin. Film disutradarai oleh Azar Fanny, produser Erwin Kallo, executive produser Sumarni Kamaruddin.

Film ini sudah tayang di bioskop sekak 16 Mei 2019 lalu.

Deng Ical berharap bahwa pihak XXI memberikan ruang lebih untuk mendukung perfilman tanah air, khususnya film lokal.

“Semoga ada perlakuan khusus untuk film Makassar dan film nasional. Berikanlah kebijakan seperti jam tayang bukan saat sepi penonton, serta jumlah layar yang diberikan,” kata Deng Ical.

Menurut Deng Ical, film di Makassar memberikan pengaruh terhadap performance keuangan/ekonomi dan pemerintah daerah. Apalagi Makassar dipilih sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia (5 besar).

“Salah satu indikator terpilih kota kreatif adalah kesamaan. Kita tahu bahwa kegiatan kreatif yang menjanjikan adalah film, kuliner, dan fasyen. Ini yang harus diperhatikan,” katanya.

LEAVE A REPLY