Google Bungkam Pendukung Palestina, Karyawan Buka Suara

0

pelita.online – Selama ini, Google dikenal sebagai perusahaan yang memiliki kultur open-minded alias terbuka dengan berbagai pandangan. Namun, hal itu tak tercermin saat perang antara kelompok Hamas dan Israel pecah pada 7 Oktober 2023.

Menurut pengakuan Sarman Gilani, diskusi soal konflik di Timur Tengah itu menjadi sangat sensitif di internal Google. Gilani merupakan seorang software engineer yang sudah bergabung di Google sejak 2012 silam.

“Semua orang harus super berhati-hati. Sebab, sedikit saja kritik ke Israel akan dengan mudah dinilai sebagai aksi antisemitisme,” kata Gilani, dikutip dari New York Times, Selasa (9/11/2023).

Hal tersebut diamini karyawan lain. Mereka mengatakan topik perang Hamas dan Israel di Google berubah menjadi ajang saling menjatuhkan antara karyawan Muslim dan Yahudi.

Pada pekan ini, ada surat terbuka yang dilayangkan beberapa karyawan. Mereka protes dan menuduh Google melakukan standar ganda.

“Kebebasan berekspresi hanya bisa dilakukan oleh Googlers berkebangsaan Israel. Kebebasan yang sama tak dimiliki oleh Googlers Muslim atau yang berdarah Palestina,” tertulis dalam surat tersebut.

Surat itu memicu kemarahan para Googlers [red: sebutan untuk karyawan Google] Yahudi. Mereka mengatakan surat itu bernada antisemitik.

Karyawan yang mendukung Palestina menganggap Google berpihak pada pendukung Israel. Sementara itu, para karyawan Muslim yang mengkritik serangan Israel seakan mendapat perlakuan tak adil.

“Saya tak merasa aman mengatakan apa yang ingin saya katakan,” kata Gilani.

Juru bicara Google mengatakan gesekan internal yang terjadi hanya di kalangan segelintir karyawan. Gesekan itu tak mewakili ribuan karyawan yang bekerja di raksasa Cupertino.

“Saat ini adalah waktu yang sangat sensitif. Kami memiliki banyak karyawan yang terdampak secara personal,” kata juru bicara Google Courtenay Mencini.

Polarisasi antara pendukung Palestina dan Israel makin menjadi-jadi di berbagai sektor bisnis di Amerika Serikat (AS). Khusus di sektor teknologi, Microsoft telah memblokir semua postingan karyawan yang membahas topik perang.

Sementara itu, Meta juga mengalami konflik serupa Google. Perusahaan Mark Zuckerberg tersebut mengalami gesekan usai perusahaan menghapus pesan internal karyawan yang mendukung Palestina.

sumber : cnbcindonesia.com

LEAVE A REPLY