Indonesia Kantongi US$ 279 Juta dari Misi Perdagangan di Bangladesh

0

Pelita.Online – Kerja sama Indonesia-Bangladesh diperlukan untuk meningkatkan kinerja perdagangan kedua negara di pasar global ke depan.

Pemerintah berhasil mengantongi total transaksi senilai US$ 279,19 juta atau lebih dari Rp 3,76 triliun dari misi perdagangan yang digelar di Bangladesh pada 26-28 April 2018 kemarin. Sebagian dari nilai transaksi tersebut disumbang dari sektor otomotif dan makanan minuman.

“Indonesia berhasil meraih kontrak lanjutan kereta api, rempah-rempah, makanan minuman serta penjualan retail pada kegiatan Indonesia Fair,” Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan, Arlinda lewat keterangan resmi, Sabtu (28/4) di Dhaka, Bangladesh.

Misi perdagangan ke Bangladesh merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencapai target ekspor sebesar 11% tahun ini. Selain itu, juga merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Joko Widodo pada Januari 2018 saat bertemu Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan Presiden Bangladesh Abdul Hamid guna meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan bilateral.

Bangladesh merupakan salah satu negara dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi pada 2017 di kawasan Asia Selatan sebesar 7,5%. Negara itu juga diprediksi bakal menjadi negara berkembang pada 2021. Kerja sama Indonesia-Bangladesh diperlukan untuk meningkatkan kinerja perdagangan kedua negara di pasar global ke depan.

Misi Dagang Indonesia dilakukan dengan menggelar forum bisnis, business matching, dan pameran Indonesia Fair di Hotel Le Meridien, Dhaka. Dalam kegiatan ini, Kementerian Perdagangan membawa serta 93 pelaku usaha dari 43 perusahaan,seperti Pertamina, Angkasa Pura, Adaro Energy, PTINKA, PT JAPFA, dan Wardah Cosmetics. Kegiatan Business Forum diikuti lebih dari 200 pelaku bisnis kedua negara, yang didominasi pebisnis Bangladesh. Hadir sebagai tamu kehormatan pada acara tersebut adalah Secretary Ministry of Commerce ofBangladesh, Shubhashish Bose mewakili Minister of Commerce of Bangladesh.

Arlinda mengatakan, capaian transaksi ini membuktikan bahwa Bangladesh adalah mitra dagang potensial bagi Indonesia. Sehingga pasar Bangladesh perlu digarap dengan lebih serius, khususnya di sektor industri seperti transportasi (kereta api, otomotif, dan suku cadang), komoditas unggulan seperti minyak sawit, rempah-rempah dan teh, serta produk manufaktur lainnya seperti makanan dan minuman, fashion, serta furnitur.

“Sebagai negara emerging market, Bangladesh memberikan peluang kerja sama perdagangan dan investasi yang sangat baik,” ujarnya.

Sementara itu Duta Besar RI untuk Dhaka, Rina P. Soemarno menuturkan pencapaian ini merupakan awal yang baik bagi upaya penguatan kerja sama perdagangan Indonesia-Bangladesh. Ia berharap pelaku usaha nasional memperluas jangkauan usahanya guna membantu Bangladesh lebih tumbuh dan berkembang.

Pada 2017, total perdagangan Indonesia–Bangladesh tercatat senilai US$ 1,67 miliar, terdiri dari ekspor senilai US$ 1,60 miliar dan impor senilai US$ 73,19 juta. Neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$ 1,52 miliar. Dalam lima tahun terakhir (2013–2017), perdagangan kedua negara naik rata-rata 6,71% pertahun.

Sedangkan pada Januari–Februari 2018, total perdagangan kedua negara tercatat senilai US$ 0,37 miliar, naik 47,69% dibandingkan tahun sebelumnya periode yang sama, terdiri dari ekspor dari Indonesia senilai US$ 0,35 miliar dan impor dari Bangladesh senilai USS 16,61 juta. Neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus sebesar US$ 0,34 miliar.

Katadata.co.id

LEAVE A REPLY