Iran soal Rujuk dengan Saudi: Perkuat Harmoni yang Diadu Domba Barat

0

pelita.online – Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mahdi Raunak, buka suara soal normalisasi relasi dengan Arab Saudi setelah tujuh tahun putus hubungan.
Dalam Seminar Al Quds Day 2023 di Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta pada Jumat (14/4), Raunak menganggap normalisasi dua negara berpengaruh di Timur Tengah ini bisa memperkuat harmoni politik di kawasan yang selama ini dipolitisasi dan diadu domba oleh Barat.

“Negara-negara seperti Irak, Suriah, Yaman dan Lebanon terlibat konflik karena campur tangan Barat dan Amerika di kawasan, dengan persahabatan Iran dan Saudi, kita berharap persatuan rakyat di kawasan Timur Tengah dapat terwujud tanpa intervensi pihak manapun,” ucap Raunak melalui pernyataan yang dirilis Kedubes Iran di Jakarta.

“Kembalinya hubungan Iran dan Saudi akan memperkuat harmoni politik kawasan yang sudah dipolitisir dan diadu domba oleh Barat,” paparnya lagi.

Raunak optimistik bahwa Saudi lebih tertarik menjalin persahabatan kembali dengan Iran, ketimbang dengan Israel.

Sama seperti Iran, Saudi memang masih tidak mengaku Israel sebagai negara lantaran solidaritas terhadap Palestina.

Dalam kesempatan itu Raunak juga membahas soal penderitaan yang dialami bangsa Palestina akibat penjajahan Israel yang semakin memburuk.

aunak bahkan mengecam agresi Israel yang dilakukan baru-baru ini ke Jalur Gaza dan bentrokan di Masjid Al Aqsa. Ia mengatakan bahwa pemerintah Iran selalu berusaha melakukan diplomasi politik untuk menghentikan intimidasi Israel terhadap bangsa Palestina.

“Dari tahun ke tahun Israel selalu melakukan kejahatan serupa (penyerangan bangsa Palestina -red) kami selalu berupaya untuk berjuang melalui diplomasi dan politik kepada dunia internasional agar Israel menghentikan tindakannya,” kata Raunak.

Sementara itu, Pakar Timur Tengah Dina Sulaeman juga mengatakan konflik di Palestina menghambat perdamaian dunia.

“Israel menjadi batu sandungan yang sangat besar dalam cita-cita dunia damai. Semenjak PBB menetapkan Israel berdiri sebagai negara berdaulat di tanah Palestina, Barat memulai suatu drama ketidakadilan,” Kata Dina yang ikut menjadi pembicara dalam seminar itu.

Sementara itu, Abdullah Beik selaku ketua Ikatan Alumni Jamiah Al-Mustafa (IKMAL) mengatakan perundingan dengan Israel hingga saat ini belum memuaskan.

Ia menyebut bahwa Israel selalu melanggar kesepakatan damai bahkan seolah mendapat keleluasaan tanpa tersentuh hukum.

“Perundingan demi perundingan telah digelar namun Palestina tak kunjung mendapatkan kemerdekaannya. Israel justru menjadi negara yang diberi keleluasaan tanpa tersentuh hukum internasional ketika melakukan pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina disertai kekerasan terhadap penduduk sipil. Tak ada tindakan berarti PBB atas kenyataan ini,” kata Abdullah.

“PBB tak pernah memberikan sanksi tegas sebagaimana yang sering dilakukan untuk menghukum negara yang dipandang melakukan kekerasan dan penyerangan terhadap masyarakat sipil atau otoritas negara lain,” tambahnya.

sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY