Kemkominfo Targetkan Cetak 150 Startup Digital Hingga 2024

0

Pelita.online – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) melalui program Startup Studio Indonesia menargetkan untuk mencetak sebanyak 150 startup digital berkualitas hingga 2024.

Program Startup Studio Indonesia merupakan bentuk dukungan dari Kemkominfo untuk mendukung kemajuan ekosistem startup Indonesia melalui penyediaan fasilitas yang memberikan akses bagi para pegiat early-stage startup mengembangkan potensi bisnisnya. Saat ini, program Startup Studio telah memasuki batch kedua.

“Saya berharap dari program startup studio ini dapat mencetak dan mengembangkan skala bisnis dari 150 startup digital Indonesia hingga 2024,” kata Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kemkominfo, Semuel A Pangerapan, melalui webinar, Senin (3/5/2021).

Menurut Semmy, sapaan Semuel, Indonesia memiliki potensi perkembangan ekonomi digital yang besar. Dimana potensi ini selaras dengan pertumbuhan startup di Indonesia yang terbilang sangat cepat. Menyitir data dari startupranking, Indonesia saat ini menduduki posisi ke lima negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia, yakni mencapai 2.229 startup, dan menjadi negara terbesar kedua di Asia, setelah India.

“Untuk dapat menciptakan startup yang berdaya saing, Indonesia membutuhkan talenta digital yang terampil dan berwawasan luas dalam mengembangkan kewirausahaan digital. Saya percaya bahwa keberhasilan akselerasi ekonomi digital suatu negara tergantung pada tingkat keberhasilan ekosistem startup dalam menjaga keberlangsungan mengembangkan bisnisnya secara konsisten,” ujar Semmy.

Terkait program Startup Studio Indonesia, Semmy menjelaskan, berdasarkan hasil batch 1, pihaknya melihat respons yang sangat positif dari komunitas startup terhadap pelaksanaan program ini. Bahkan para alumni memperoleh manfaat nyata dalam pengembangan usahanya setelah mengikuti program ini.

“Tiga startup dari 20 alumni batch 1 berhasil mendapat penawaran investasi dari pihak venture capital. Dan, sekitar 40% startup peserta memiliki lebih dari 20 persen month-to-month traction growth, di atas rata-rata industri. Bahkan beberapa alumni berkolaborasi dan melakukan kerja sama komersial untuk pengembangan produknya,” ungkap Semmy.

Semmy juga menambahkan, Startup Studio Indonesia memperkuat dan melengkapi Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital dan NextICorn, program pemberdayaan startup digital yang diinisiasi Kemkominfo.

“Dari program Startup Studio Indonesia ini, Kemkominfo menargetkan untuk dapat mencetak 150 startup digital hingga 2024 yang berhasil mengembangkan skala bisnisnya dari segi jumlah pengguna, jumlah pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan pendanaan dari venture capital,” tutur Semmy.

Semmy juga mengharapkan, program Startup Studio Indonesia dapat menjawab tantangan utama early-stage startup dan membangun semangat kolaborasi antar pelaku startup untuk bersama-sama mengembangkan ekosistem ekonomi digital nasional yang tangguh.

“Hal ini dilakukan melalui transfer pengetahuan, membuka jejaring bisnis baru, serta membangun karakter dan kompetensi startup yang berdaya saing tinggi,” ungkap Semmy.

Kemkominfo, lanjut Semmy memprioritaskan enam sektor bisnis startup untuk dikembangkan melalui program Startup Studio Indonesia ini. Sektor tersebut merupakan sektor industri unggulan Indonesia baik dari sisi sumber daya maupun tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Keenam sektor industri tersebut antara lain pendidikan, kesehatan, maritim, agrikultur, pariwisata dan logistik.

Adapun kategori early-stage startup yang dapat mengikuti program ini adalah startup yang telah memiliki minimum valuable product (MVP) dan traction selama minimal 3 bulan, sedang dalam proses validasi product-market fit, telah berbadan hukum, dan dalam tahap pendanaan angel investor, pre-seed, seed, pre-series A hingga series A.

Sementara, Head of Commerce Incubations at Facebook, Eric Feng menambahkan, investasi di industri startup saat ini telah menjadi sebuah bisnis global.

“Para pendiri startup di seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara dan Indonesia membangun bisnis startup yang menarik perhatian Silicon Valley baik untuk berinvestasi, maupun untuk mempelajari perilaku baru konsumen yang dipionirkan oleh konsumen dari negara-negara berkembang,” tutur Eric.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY