Luhut: Kami Siapkan Modifikasi Cuaca Sebagai ‘Senjata’ Hadapi El Nino

0

pelita.online – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah telah menyiapkan ‘senjata’ berupa teknologi modifikasi cuaca untuk menghadapi potensi terjadinya El Nino pada Agustus mendatang. Menurutnya, pengalaman buruk yang terjadi akibat situasi El Nino pada 2015 lalu jangan sampai terulang. “Memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai ‘senjata’ menghadapi El Nino,” ujar Luhut dilansir dari unggahan di akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan sebagaimana dikonfirmasi oleh Juru Bicara Menkomarves Jodi Mahardi, Rabu (26/4/2023). “Kami akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun. Saya meminta seluruh kementerian/lembaga terkait juga pemerintah daerah mulai bersiap sejak dini,” tegas Luhut.

Luhut pun mengajak semua pihak tetap waspada dan saling menjaga sehingga kerugian yang terjadi akibat peralihan cuaca bisa direduksi untuk meminimalisasi dampak kepada masyarakat. Dalam keterangan yang sama, Luhut juga mengingatkan mengenai potensi terjadinya El Nino pada Agustus mendatang yang bisa memicu kekeringan. Menurut Luhut, Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia telah menyebutkan bahwa fenomena La Nina yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan membawa cuaca lebih basah akhirnya telah berakhir. Sebagai gantinya, El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering. “Berdasarkan data yang kami dapatkan, suhu laut juga mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada tahun 2016 yang lalu. Belum lagi gelombang panas yang mendorong rekor suhu tertinggi di Asia akhir-akhir ini,” ujar Luhut “Dari pemodelan cuaca yang kami dapatkan, El Nino diprediksi terjadi pada Agustus 2023 meski ketidakpastian tingkat keparahan El Nino masih sangat tinggi,” lanjut dia. Oleh karenanya, Luhut mengingatkan semua pihak belajar dari pengalaman situasi El Nino pada 2015. “Belajar dari pengalaman 2015 lalu yang terjadi di Indonesia, El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan yang luas dan juga kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah,” ujar Luhut.

Hal tersebut berkorelasi terhadap menurunnya produksi pertanian dan pertambangan berdasarkan data dana moneter internasional (IMF). Belum lagi dampak luas terhadap inflasi Indonesia dikarenakan besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan. Hal ini terjadi karena diperkirakan 41 persen lahan padi mengalami kekeringan ekstrim di tahun tersebut. Data World Food Programme bahkan menyebut bahwa tiga dari lima rumah tangga kehilangan pendapatan akibat kekeringan. Satu dari lima rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan.

sumber : kompas.com

LEAVE A REPLY