Mengenal Cookies, si Penguntit Kegiatan di Browser Internet

0

Pelita.online – Selama beberapa dekade ‘Cookies’ telah melacak pengguna Internet di seluruh web. Itu merupakan sebuah cuplikan kode untuk mengidentifikasi pengguna browser yang dapat mengidentifikasi kategori iklan.

Hal ini kerap dilakukan untuk memberikan referensi kepada pengguna, salah satunya saat sedang berbelanja online.

Cookies belakangan semakin tersingkir karena publik menjadi lebih protektif terhadap hak privasi di era digital. Beberapa browser utama seperti Firefox dan Safari sudah memblokir Cookies pihak ketiga secara default.

Pemblokiran itu berguna untuk mengurangi data yang diolah untuk para pengisi iklan.

Google mengatakan pihaknya juga berencana untuk melakukan hal yang sama di platform browsernya, Google Chrome. Namun minggu lalu Google melangkah lebih jauh dan mengumumkan akan segera menghentikan pelacakan web penggunanya dan mencopot Cookies dari platformnya.

Dalam sebuah postingan blog yang menjelaskan perubahan itu, Google mengatakan Cookies akhirnya diblokir secara default di Chrome. Perusahaan tidak akan mengolah atau mendukung teknologi browser untuk diolah data individu penggunanya.

Kabar tersebut menggambarkan niat Google untuk mengubur Cookies pihak ketiga. Sesuatu yang telah diantisipasi olehnya dan banyak pihak di industri digital selama bertahun-tahun.

Masa depan periklanan web berbasis pelacakan menurut Google, akan lebih abstrak, tidak terlalu mengandalkan riwayat browser pengguna, bahkan lebih banyak mensasar pada kelompok pengguna internet yang mungkin melihat pada waktu tertentu.

Mengingat peran Google yang sangat besar dalam dunia periklanan dan kendali web terpopuler di dunia, perusahaan itu memiliki potensi untuk menentukan cara kerja teknologi iklan di generasi berikutnya.

Untuk memahami apa yang ditawarkan Google dalam melancarkan strategi iklan, ada baiknya untuk memikirkan untuk memikirkan Facebook.

Facebook juga menghasilkan uang dengan menyajikan iklan. Hal itu tidak secara langsung menjual informasi pengguna kepada pengiklan. Sebagai gantinya, tetapi pihaknya menawarkan kesempatan untuk menargetkan iklan pada kategori pengguna tertentu, berdasarkan data yang dituju.

Mengurut dan menarik lurus identitas orang berdasarkan status hubungan pengguna, halaman yang disukai hingga konten yang sering diklik penggunanya.

 

Sistem yang dikembangkan oleh Google didasari pada prinsip yang sama. Sebuah brand atau merek akan dapat beriklan pada kelompok pengguna internet yang memiliki kesamaan sifat yang ditentukan oleh algoritma.

Pendekatan yang dilakukan oleh Google secara teoritis akan memberi pengguna lebih banyak otoritas daripada model iklan yang dimiliki Facebook.

Google dukung privasi pengguna

Google mengatakan visinya di masa depan membantu meningkatkan privasi pengguna sambi tetap menawarkan pengiklan celah yang sama untuk menargetkan pada publik.

“Pengiklan tidak perlu melacak konsumen secara individu di seluruh web untuk mendapatkan manfaat kinerja dari iklan digital,” kata perusahaan itu dalam blognya.

Pihaknya mengatakan kemajuan dalam agregasi, anonimisasi, pemrosesan di perangkat, dan teknologi privasi lainnya menawarkan jalur yang jelas untuk mengganti pelacakan individu.

Beberapa pakar privasi setuju atas langkah yang diambil Google untuk mengedepankan perbaikan privasi pengguna.

“Bagi saya, ini adalah langkah yang baik dan sinyal yang baik, tetapi saya ingin melihat solusi terakhir,” kata Ashkan Soltani Peneliti Privasi dan Keamanan Independen, seperti dikutip CNN.

Salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan, kata Soltani, adalah bagaimana kontrol pengguna dapat dirancang. Apakah mereka menawarkan mekanisme satu klik bagi pengguna untuk menyisih berbagi data dan lain sebagainya.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY