Menjaga Autentisitas Kitab Suci

0
Alquran

JAKARTA, Pelita.Online – Kesalahan dalam mencetak Alquran harus dipandang sebagai masalah serius oleh pemerintah. Sebab, hal itu tidak hanya menimbulkan keresahan di tengah-tengah umat Islam, tetapi juga dapat memunculkan kecurigaan dan syak wasangka terhadap penerbit yang menyebarkan naskah-naskah Alquran yang salah cetak tersebut.

Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustaz Fahmi Salim mengatakan, Alquran adalah kitab yang keautentikannya telah dijamin oleh Allah SWT. Alquran juga menjadi kitab yang selalu dipelihara, seperti yang telah dinyatakan Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran dan Kami pulalah yang akan memeliharanya.” (QS al-Hijr [15]: 9).

Menurut Ustaz Fahmi, janji Allah SWT tersebut bisa disaksikan umat manusia saat ini. Sebagai contoh, setiap kali ada kesalahan dalam pencetakan Alquran, umat Islam pun dapat dengan mudah mendeteksinya. “Begitulah ada satu huruf saja yang salah dalam pencetakan mushaf Alquran, itu pasti akan ketahuan,” katanya kepada Republika, Selasa (30/5).

Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Alquran tidak berbeda sedikit pun dari apa yang pernah dibaca oleh Nabi SAW maupun yang pernah didengar serta dibaca oleh para sahabat.

Berbeda dengan kitab-kitab suci agama lain yang diriwayatkan beberapa abad setelah diturunkan, Alquran ditangani dan dipelihara secara serius sejak wahyu Allah SWT tersebut diturunkan pada masa Rasulullah SAW hidup.

Fahmi menuturkan, ada beberapa alasan kaum Muslim menaruh kepercayaan terhadap catatan dan hafalan para penulis wahyu di zaman Rasulullah SAW. Di antaranya karena mereka telah meresapi firman-firman Allah secara mendalam, sehingga mampu membedakan kosakata yang memiliki nuansa i’jaz (istimewa) dengan yang tidak.

“Hal itu tidaklah mustahil, karena para sahabat itulah yang menyaksikan turunnya wahyu dan mendengarkan bacaannya langsung dari mulut Nabi SAW selama sekitar 20 tahun,” ujarnya.

Dia menjelaskan, di antara bukti-bukti keautentikan Alquran adalah ditemukannya keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakan yang menunjukkan ketelitian redaksi kitab suci tersebut. Tidak hanya itu, Alquran mencapai tingkat tertinggi dari aspek keindahan bahasanya yang sangat mengagumkan, bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga bagi orang-orang kafir.

“Pada zaman Rasulullah SAW dan generasi sahabat, Alquran itu dijaga lewat hafalan dan diriwayatkan secara mutawatir. Metode ini hanya ada di dalam Islam dan tidak dimiliki oleh agama-agama lain,” kata Fahmi.

Republika.co.id

LEAVE A REPLY